Mahar : 3,450,000 (TERMAHAR) Mr. PKJ Jakarta
- Kode : GKO-102
- Dhapur :Kidang Mas
- Pamor : Kulit Semangka
- Tangguh : Pajajaran Abad XII
- Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 58/MP.TMII/I/2016
- Asal-usul Pusaka : Grobogan, Jawa Tengah
- Keterangan Lain : Warangka baru
Ulasan :
“Sawijineng kewan alasan memper wedhus, nanging ulese mrusuh kuning ngemu giring arane kidang kencana. Aja dumeh kidang, nanging beda lan kidang liyane, dheweke duwe prabawa kang gedhe, nganti gawe kepencute sapa kang wuninga. Mungguh sapa sejatine kang memba-memba dadi kidang iki, ora liya abdi kinasih, hiya pothete negara Ngalengka, kang ora omo liya kajaba Ditya Kala marica saperlu nggora godha Dewi Sinta. Sang Dewi kapilu marang kaindahan, kidang kencana nganti lali purwa duksina menawa tetelun lagi ana madyaning alas kang gawat kaliwat. Kidang musna lan sang Dewi aminta ingkang Raka Prabu Rama supaya arsa ambujug nganti kacandhak arsa kanggo klangenan….. ” Kutipan dari Epos Ramayana.
Kidang Mas atau Kidang Kencana, dalam kaweruh padhuwungan atau pengetahuan tentang keris, Kidang Mas diwujudkan dalam sebuah bentuk keris berluk 9 dengan ricikan gandik polos, memiliki pijetan, tikel alis serta greneng. Tanpa memiliki ricikan lain seperti ada-ada ataupun kembang kacang dan jenggot.
Keris Kidang Mas merupakan perlambang sesuatu yang diburu, sesuatu yang dikejar, karena kijang adalah binatang buruan. Jadi dapat diartikan melambangkan suatu gegayuhan (cita-cita) yang ingin dicapai seseorang. Juga merupakan pameling (pengingat) bahwa dalam hidup kita jangan sampai tergoda oleh silaunya hal-hal keduniawian (harta benda) karena pada akhirnya harta sesungguhnya adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang lain, serta amal ibadah kita.
Jika kita mencermati jumlah luk pada keris dari beberapa tangguh, akan kita dapati bahwa kebanyakan keris dari beberapa tangguh hanya dibabar dengan jumlah maksimal sebanyak 9 (sembilan). Hal ini umumnya bisa kita ketemui pada keris dari tangguh Madya Kuno dan Sepuh Tengahan seperti tangguh Kediri, Segaluh, Pajajaran, Tuban, Pengging dan Blambangan. Keris-keris tua itu jarang sekali ditemui berlekuk lebih dari sembilan dan biasanya juga tanpa sogokan. Jika pada tangguh tua itu ditemui memiliki luk lebih dari 9, maka umumnya adalah keris yang disebut keris yasan pada era yang lebih muda (pasca Majapahit dan terutama era Mataram). Permasalahan jumlah luk 9, memang tidak banyak diperhatikan pecinta keris, terkesan sederhana, sepele dan sering diabaikan.
Tidak terlalu sering kita bisa melihat keris luk ber-tangguh Pajajaran dengan “cita rasa” (pengaruh) Majapahit. Ganja wuwung khas tangguh-tangguh sepuh, bentuk gandik yang tinggi dan tikel alis lebar yang nerjang gandik (bagian pangkal dari tikel alis tersebut rendah dan menerjang gandik sampai ke depan) menyuguhkan keunikan tersendiri. Pamornya tidak direncanakan, pandes, halus dan nggajih. Pamor nggajih adalah pamor yang bentuknya seperti gumpalan-gumpalan lemak, biasanya disebabkan oleh bahan pamor yang terlalu banyak dan jumlah lipatan yang tinggi. Sedangkan pasikutannya yang agak wingit, panjang bilahnya yang berukuran sedang, bentuk luk-nya tidak rapat, semakin ke ujung senakin ramping sehingga berkesan runcing seperti mengikuti langgam keris-keris Majapahit, pun begitu dengan besinya lumer (halus rabaannya) walaupun berkesan kering. Hal ini sangat mungkin terjadi dengan perkiraan yang kompromistis, Bambang Harsrinuksmo dalam manuskrip bukunya Budaya keris (1996) menyebutkan antara lain : “Sejak terjadinya perang bubat pada tahun 1357, era keris tangguh Pajajaran berakhir”. Faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sunda Parahyangan adalah politik yang dijalankan oleh Gajah Mada yang tidak memungkinkan lagi tegaknya kembali kerajaan itu. Sejak saat itu Gajah Mada mengeluarkan larangan bagi para Empu di Pajajaran untuk membuat keris, tombak, dan pedang. Akibat larangan itu para Empu di Pajajaran kehilangan mata pencaharian, sehingga beberapa diantara mereka pindah ke daerah timur, berkarya sebagai Empu bebas, di daerah Tuban dan sekitarnya.
Sedangkan pamor kulit semangka, sepintas lalu memang tampak seperti kulit dari buah semangka, tuahnya memudahkan mencari jalan rejeki dan si pemilik akan mudah bergaul dengan siapa saja dari golongan manapun. Sangat cocok untuk Panjenengan yang gemar mengkoleksi keris dhapur sederhana namun berkelas.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : 5C70B435 Email : admin@griyokulo.com
————————————