Mahar : 7.000.000,-
1. Kode : GKO-507
2. Dhapur : Jalak Sangu Tumpeng
3. Pamor : Pengasihan?
4. Tangguh : Tuban Mataram (Abad XVI)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No : –
6. Asal-usul Pusaka : Eks kolektor Majalengka
7. Dimensi : panjang bilah 35,5 cm, panjang pesi 7 cm, panjang total 42,5 cm
8. Keterangan Lain : ganja sampir
ULASAN :
JALAK SANGU TUMPENG, adalah salah satu bentuk dhapur keris lurus, ukurannya sedang. Gandik-nya polos, memakai pejetan, tikel alis, sogokan rangkap, sraweyan dan thingil atau ri pandan siji.
Menurut buku Sedjarah Keris Pedang Tumbak (Sadubudi Solo, 1951) dhapur Jalak Sangu Tumpeng pertama kali dibabar oleh Empu Hanggareksa, di desa Tapan Pajajaran pada tahun Jawa 1303.
FILOSOFI, secara harfiah Jalak Sangu Tumpeng berarti (burung) Jalak membawa (bekal) tumpeng.
Jalak merupakan burung yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Burung yang pandai dan rajin mencari makan, mempunyai kepekaan tinggi terhadap lingkungannya tidak merugikan yang lain dalam berhubungan atau sering disebut bersimbiosis mutualisme (saling menguntungkan), dan setia kepada pasangannya.
Sangu Tumpeng, Suatu perayaan yang dianggap suci tentu memerlukan simbol-simbol suci yang dapat mewakili makna dari apa yang tengah dirayakan. Dan salah satunya adalah melalui Tumpeng. Tumpeng sendiri merupakan sajian nasi berbentuk kerucut dengan aneka lauk-pauk mengelilinginya, yang ditempatkan dalam tampah (nampan besar, bulat, dari anyaman bambu). Tumpeng sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya ketika memperingati momen dan peristiwa penting dalam hidup.
Falsafah tumpeng juga berkaitan erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa, yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Kerucut nasi yang menjulang tinggi melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha Pencipta alam beserta isinya, sedangkan aneka lauk pauk dan sayuran merupakan simbol dari isi alam ini. Oleh karena itu pemilihan lauk-pauk di dalam tumpeng biasanya mewakili semua yang tersedia di alam ini. Penempatan nasi dan lauk-pauk seperti ini disimbolkan sebagai gunung dan tanah yang subur di sekelilingnya. Tanah di sekeliling gunung dipenuhi dengan berbagai macam lauk-pauk yang menandakan lauk-pauk tersebut semuanya berasal dari hasil alam.
Bagi orang-orang zaman dahulu gunung adalah abstraksi dari sesuatu yang jauh lebih tinggi dan melampaui kekuasaan manusia, gunung juga dianggap lebih dekat dengan ‘langit’. Bentuk tumpeng bermakna menempatkan Tuhan pada posisi puncak yang menguasai alam. Bentuk kerucut gunungan (méru) ini juga melambangkan sifat awal dan akhir, simbolisasi dari sifat alam dan manusia yang berawal dari Tuhan dan akan kembali lagi (berakhir) pada Tuhan. Maka tidaklah mengherankan jika nasi tumpeng memiliki bentuk kerucut yang merepresentasi konsep Ketuhanan dengan sesuatu yang besar dan tinggi, dan berada di puncak. Selain itu, bentuk yang menjulang ke atas juga menyimbolkan harapan agar derajadnya (dunia akhirat) semakin terangkat.
TENTANG TANGGUH, dari penampakan keris Jalak Sangu Tumpeng ini memiliki gandik amboto rubuh (adalah sudut kemiringan gandik antara 60 sampai 75 derajat, sedangkan normalnya sudutnya sekitar 85 derajat). Bentuk pejetan persegi seperti karakter pejetan/blumbangan keris-keris Mataram, dengan sogokan panjang lebar dan dalam, serta tikel alis pendek. Rabaan besi halus, slorok keabuan.
Namun, Jika diamati bentuk gonjo-nya berbeda dengan gonjo keris-keris Mataram, dimana terlihat lebih ambatok mengkurep (bentuknya hampir mirip dengan gonjo sebit rontal, bedanya, pada gonjo mbatok mengkurep garis di bawah bagian sirah cecak dan gulu meled juga ikut melandai ke bawah sehingga jika dilihat dari samping baik di bagian depan pesi maupun belakang pesi melengkung ke bawah). Bentuk sirah cecak agak membulat dengan cocor sedikit lancip gulu meled pendek buntut cicak lancip. Condong leleh pada bilah ini adalah 84 derajad seolah tidak mau kehilangan jati diri Pajajarannya, sekaligus melambangkan watak Surya: kewibawaan, kedudukan/kekuasaan
Meski karakter keris kulonan seperti menempel pada pasikutan keris ini, beberapa orang mungkin menangguhnya sebagai keris Tuban Mataram. Hal ini sebenarnya juga masih terdapat benang merahnya, sebab Empu-Empu di daerah Tuban pada awalnya adalah Mpu-Mpu Pajajaran yang hijrah ke barat.
PAMOR PENGASIHAN, tuah: 1. berhati jantan, 2. tidak kurang rezeki; pengasihan untuk memikat hati orang; 4. dapat memerintah 5. anti peluru
GANJA SAMPIR, adalah sebutan bagi ganja yang memakai pamor berbentuk garis melintang pada badan ganja, adapun garis pamor tersebut bisa lurus bisa agak miring, bisa tipis dan bisa tebal. Menurut kepercayaan di dunia perkerisan keris-keris dengan ganja sampir memiliki tuah yang dapat membuat pemiliknya dipercaya oleh atasannya untuk melaksanakan tugas-tugas khusus. Itulah sebabnya, keris dengan ganja sampir banyak dicari oleh orang-orang yang masih bekerja, dan belum ingin pensiun.
CATATAN GRIYOKULO, Di antara keluarga keris dhapur Jalak, mungkin adalah Jalak Sangu Tumpeng yang tergolong paling banyak diminati dan dianggap sakral, khususnya bagi masyarakat perkerisan di pulau Jawa bagian tengah (Yogyakarta). Dan apakah hal ini hanya suatu kebetulan belaka jika pusaka utama Sultan Hamengkubuwono yang bergelar Kangjeng Kiyahi Ageng Kopek ber-dhapur Jalak Sangu Tumpeng?
Di pasar pemaharan tosan aji sendiri, umumnya keris Jalak Sangu Tumpeng yang masih memiliki kelengkapan ricikan “tingil” utuh dan ori sepuh, biasanya oleh pemilik tidak dilepas dengan mahar murah. Hingga ada gojekan jika Jalak Sangu Tumpeng dengan tingil mahar bisa sekelas Pajero tapi Jalak Sangu Tumpeng tanpa tingil lagi mahar hanya avanza.
Ya, untuk keris Jalak Sangu Tumpeng ini harus legowo menerima keadaannya jika dengan perabaan ricikan tingil sudah hilang/aus, namun untuk urusan pamor tidak bisa dipandang sebelah mata, karena jarang diketemukan keris Jalak Sangu Tumpeng dengan pamor khusus seperti ini. Sandangan masih menggunakan gayaman timoho lamen (tua) Yogyakarta yang semakin hari semakin sulit dicari. Jika menanting keris Jalak Sangu Tumpeng ini serasa ada aura yang berbeda, Penulis yakin keris ini pernah dipusakakan oleh sang pemilik dahulunya.
Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com
————————————