Sutama Bandung Kolektor Item

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 12.121.121,-(TERMAHAR) Tn. AHP, SCBD Jakarta


1. Kode : GKO-478
2. Dhapur : Sutama Bandung
3. Pamor : Ngulit Semangka
4. Tangguh : Madura (Abad XVIII)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No : 857/MP.TMII/VI/2021
6. Asal-usul Pusaka :  Rawatan/Warisan Turun Temurun
7. Dimensi : panjang bilah 36,5 cm, panjang pesi  7 cm, panjang total 43,5cm
8. Keterangan Lain : dhapur langka, kolektor item


ULASAN :

SUTAMA BANDUNG, adalah salah satu bentuk dhapur keris lurus. Keris ini cukup unik dan mudah dikenali sebab memakai gandhik yang sama kiri dan kanannya seperti halnya dhapur Karna Tinandhing sehingga memiliki ricikan: kembang kacang (biasanya pogog) dua (2), jalen dua (2), lambe gajah empat (4), pejetan dua (2), tikel alis dua (2), sogokan depan dan sogokan belakang, serta greneng (biasanya sungsun/bersusun). Dhapur Sutama Bandung terbilang sangat langka dijumpai dari tangguh sepuh hingga nom.

FILOSOFI, “Sutama” berasal dari dua kata Kawi, yakni Su yang berarti baik; lebih dan Tama yang artinya pandai; ahli. Sedangkan Bandung disini bukan berarti tempat/kota, seperti Bandung Bondowoso dalam kisah Roro Jonggrang yang juga bukan berasal dari daerah Jawa Barat (Bandung) maupun Jawa Timur (Bondowoso), namun berasal dari kerajaan Pengging di Jawa Tengah. Dalam bahasa Kawi “Bandung” berarti bersama-sama; bertanding; bersaing.

Ibarat Karna Tinanding yang menceritakan perang tanding antara dua saudara kandung lain ayah (Arjuna putra dewi Kunti dengan Prabu Pandudewanata, sedangkan Adipati Karna putra Dewi Kunti dengan Batara Surya). Maka Dhapur Sutama Bandung yang bentuknya mirip dengan dhapur Karna Tinandhing ibaratnya menggambarkan pertandingan/persaingan antara yang terbaik dari yang terbaik (best of the best).

Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan yang memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan makhluk lainnya. Hal ini, jelas diakui oleh setiap pemeluk agama apapun yang ada di muka bumi ini.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tin: 4)

Berfirmanlah Allah: ”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26)

“Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.” (Sarasamuccaya Sloka 4)

“Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar, begitu pula, sungguh sulit munculnya seorang Buddha.” (Dhammapada Buddha Vagga syair 182)

Dapat dipahami bahwa kita semua terlahir ke dunia ini dengan kualitas terbaik. Hal ini dimungkinkan karena Tuhan Yang Maha Sempurna tidak mungkin menciptakan makhluk-Nya biasa-biasa saja. Dengan kualitas terbaik ini, tentu Tuhan menginginkan kita untuk menjalani hidup dan kehidupan dengan aktivitas terbaik pula. Inilah bukti rasa syukur kita yang sesungguhnya, yaitu memaksimalkan potensi yang telah Allah anugerahkan kepada kita.

Maka tak ada salahnya jika manusia selalu berkompetisi dan saling mengungguli satu dengan lainnya, namun dengan cara yang positif tentunya. Sebab dalam konteks tertentu, persaingan bisa mendorong diri kita untuk menjadi yang terbaik. Di sisi lain, persaingan atau kompetisi terbaik ialah dengan diri sendiri. Yakinkan dirimu bahwa engkau bisa mengalahkan ‘lawan terberatmu’, yakni dirimu yang kemarin. Sehingga hari ini engkau akan tampil sebagai pemenang dengan menjadi pribadi yang lebih baik.

PAMOR NGULIT SEMANGKA, kesan pamor yang agal (berpola besar-besar) dan nggajih menjadi tampilan yang atraktif pada bilah Sutama Bandung ini. Apabila kita amati dengan roso tampak sebuah pamor rojo gundolo berbentuk Supit Urang pada bagian tengah bidang (bilah sisi muka).

Supit artinya jepit, sedangkan Urang artinya udang. Yang merupakan salah satu strategi perang yang digunakan di zaman kerajaan dulu. Supit Urang digambarkan sebagai lorong jebakan untuk menipu musuh yang jika sudah masuk akan terjebak seperti santapan yang empuk bagi prajurit yang sudah menunggu dalam bangunan. Makna secara spiritual dari Supit Urang ini adalah agar orang yang menggenakannya diharapkan mempunyai kepribadian yang penuh kehati-hatian dan hidupnya tidak sembrono.

CATATAN GRIYOKULO, Penulis sendiri selama ini cukup jarang bertemu dengan dhapur Sutama Bandung, baik melihat yang menjadi koleksi dari museum, milik kolektor, penampilan di katalog, buku, pameran, maupun aktifitas pemaharan pusaka online maupun offline. Apabila kita mencari referensi di internet (search engine) mengenai ricikan dhapur Sutama Bandung, filosofinya, hingga foto-fotonya nyaris tidak ada yang bisa digali lebih. Sepertinya dhapur Sutama Bandung memang lebih jarang ditemukan daripada dhapur Karna Tinanding.

Keris ini sebelumnya ditemukan dalam kondisi kotor, warangkanya pun terlihat kurang menarik sebab pelet timoho yang ada kurang terlihat jelas. Cocok dengan feeling awal, ketika saatnya selesai pewarangan, demikian pula sandangan yang ada telah usai digebeg ulang, maka berubah 180 derajad lah penampilan pusaka ini menjadi menawan hati. Benar-benar sesuai ekspektasi.

Pakem dhapur Sutama Bandung ditampilkan secara utuh pada keris ini mulai dari jumlah kembang kacang, jalen, lambe gajah, pejetan, tikel alis, sogokan hingga greneng tersusun lengkap. Penampilan bilah terlihat prigel (tangkas), kuat dapat diandalkan, dan jauh dari kesan kaku. Keluwesannya terlihat, terutama pada bagian yang paling Penulis sukai yaitu gonjo-nya yang panjang lain daripada yang lain, sekitar 9,3 cm dengan bentuk mbuntut urang papak. Dengan kelangkaannya ini, teramat sayang untuk terlewatkan

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *