Tombak Pancuran Emas

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : ?,-(TERMAHAR) Tn. AHP, BSD City


1. Kode : GKO-446
2. Dhapur : Ron Andhong
3. Pamor : Pancuran mas
4. Tangguh : Tuban (Abad XVIII)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No : 1366/MP.TMII/XII/2020
6. Asal-usul Pusaka :  Jakarta
7. Dimensi : panjang bilah cm, panjang pesi  cm, panjang total cm
8. Keterangan Lain : pamor langka


ULASAN :

RON ANDHONG, atau godong andhong adalah salah satu bentuk dhapur tombak lurus. Bentuk tombak ini mirip sekali dengan bentuk daun andong. Bilahnya pipih dan simetris. Di tengah tombak itu memakai ada-ada dari pangkal hingga ke sebagian/ke ujung bilahnya yang lebar. Ricikan lainnya tidak ada. Dhapur tombak ron andhong biasanya banyak terdapat pada tombak-tombak tangguh kuno, terutama zaman Pajajaran dan Segaluh. Menurut kepercayaan tombak dhapur ron andhong dibuat tidak dimaksudkan untuk kegunaan praktis dalam peperangan, melainkan sebagai pusaka.

FILOSOFI, Ron = daun, Andhong = sejenis memiliki nama latin cordyline fruticosal adalah sekelompok tumbuhan monokotil yang sering dijadikan sebagai tanaman hias. Andong mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap dearah, seperti di Sunda misal disebut hanjuang. Daun andong khas berbentuk lanset, berukuran agak besar dan berwarna hijau kemerah-merahan atau berwarna hijau muda. Andong sering dipakai sebagai tanaman pelindung, sebagai hiasan pagar atau taman, sebagai pembatas tanah, sawah atau ladang bahkan area pemakaman.

Cerita lain mengenai tanaman satu ini sedikit berbau mistis, antara andhong/hanjuang hijau dengan merah. Yang hijau bersifat mengundang kekuatan supranatural sedangkan andong/hanjuang merah bersifat menolak. Oleh karenanya tanaman andhong/hanjuang merah lebih baik ditanam di pekarangan rumah sebagai penolak bala.

Dalam masyarakat Sunda, Jawa dan Bali, andong memiliki makna ‘pembatas ruang’ baik secara harafiah maupun filosofis. Bahkan Prabu Siliwangi menuliskan hanjuang yang rimbun pada bait syair-syairnya dalam menggambarkan rumah budak angon. Pohon andhong atau hanjuang adalah lambang pohon yang lurus ke atas dengan sendirinya, tanpa menjadi benalu pada pohon lain. Dapat tumbuh dimanapun tanpa ‘susah’ menanamnya. Seperti namanya hanjuang, yang artinya: “hayuk dalam hidup akan selalu berjuang”. Sekaligus memahami batas kebaikan dan keburukan sehingga dapat menjadi panutan yang melindungi masyarakat disekitar. Dan bocah angon adalah simbol dari diri sendiri yang harus dijaga (diangon), dari lampah dan ucap yang tercela.

PAMOR PANCURAN MAS, bentuk gambaran pamornya mirip dengan sada saler/sada lanang/adeg siji berupa garis lurus, namun pada bagian pangkal seolah tampak bercabang dua. Jadi secara keseluruhan gambaran pamor itu serupa lidah ular yang bercabang. Namun adapula yang menafsirkan bentuk pamor pancuran mas sebenarnya adalah wujud/rupa pancuran air yang tepat jatuh pada tengah batu besar sehingga aliran air menjadi terpecah/terbelah. Bagi penggemar keris maupun tombak, pamor pancuran mas ini dinilai baik untuk para pedagang dan pengusaha. Tuahnya dinilai sama dengan pamor udan mas, jika pancuran pada umumnya mengeluarkan air, maka pancuran mas berarti pancuran yang mengeluarkan emas dimana diharapkan siapapun yang ketempatan pamor tersebut akan banyak rejekinya seperti memiliki sumber emas yang mengalir. 

Kesakralan penyandang nama “pancuran mas” tidak hanya terdapat pada tosan aji saja. Katuranggan burung perkutut yang dipercaya mendatangkan pengaruh baik juga salah satunya diberikan nama itu. Burung-burung yang mempunyai ciri katuranggan baik harganya bisa puluhan bahkan ratusan kali lebih mahal dari burung perkutut biasa. Contohnya perkutut pancuran mas dimana dicirikan : dada belah dari leher sampai tembolok saja atau dari tembolok sampai dubur saja. Bahkan, dalam ilmu Jawa kuno dikenal dengan lima kelas nyawa tanah. Dan yang dianggap kelas tertinggi atau nomor satu diberikan nama Pancuran Emas, karena dipercaya paling banyak membawa hoki atau rezeki.

CATATAN GRIYOKULO, tidak banyak kita bisa menemukan pamor pancuran mas terutama pada sebilah tombak. Garis pamor pancuran mas yang ada membelah tepat di tengah bilah mulai dari  pucuk bilah lalu membelah/bercabang pada bagian pangkal hingga ke bagian methuk iras-nya. Besinya tampak seperti membatu, dengan bentuk pesi puntiran sehingga terdapat kemungkinan jika usia tombak ini lebih tua daripada yang tertulis pada sertifikasi. Tombak ini juga sudah dijamas dan diwarangi dan disandangi dalam warangka seken seolah siap jika diajak menemani pemiliknya kemanapun melangkah.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *