Keris Rajah Kala

Mahar : 4.950,000,-(TERMAHAR) Tn. AP, Senen, Jakarta Pusat


1. Kode : GKO-400
2. Dhapur : Tilam Upih
3. Pamor : Ngulit Semangka + Rajah Kala
4. Tangguh : Cirebon (Abad XVI)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No : 1316/MP.TMII/X/2019
6. Asal-usul Pusaka :  Jakarta
7. Dimensi : panjang bilah 34,2 cm, panjang pesi 5,7 cm, panjang total cm 39.9
8. Keterangan Lain : telaga membleng, gonjo mas kemambang


ULASAN :

Hong Ilaheng, Sang Hyang Kala Kang Katon Sun umadep, sun umarep, singkir sumingkir, keno sanjato Prabu Kresna.

TILAM UPIH, adalah nama dhapur keris lurus yang sederhana. Gandik-nya polos, hanya mempunyai dua ricikan yakni tikel alis dan pejetan. Karena model ricikannya relatif sederhana dan tidak neko-neko, menjadikannya lebih banyak orang yang bersedia memakainya hingga sekarang relatif lebih mudah diketemukan dan banyak tersebar di dalam masyarakat baik dari perkotaan hingga pelosok desa, dengan kata lain merupakan salah satu dhapur yang cukup populer.

Konon menurut mitos/dongeng keris Tilam Upih adalah termasuk salah satu dhapur paling purwa, dibabar oleh Mpu Brama Kadhali atas pemrakarsa Nata Raja Buddawaka pada tahun Jawa 261. Konon pula, menurut cerita tutur masyarakat, Sunan Kalijaga pernah menyarankan kepada pengikut-pengikutnya bahwa keris pertama harus dimiliki adalah dhapur Tilam Upih.

FILOSOFI, Tilam Upih yang dalam terminologi Jawa berarti sebuah alas pembaringan yang terbuat dari anyaman daun Upih (pinang), di-istilah-kan sebagai kondisi sedang tirakat/prihatin, masih tidur dengan alas yang keras, belum cukup nyaman/empuk. Para orang tua jaman dahulu biasanya secara turun temurun memberikan anaknya yang menikah dengan keris dhapur tilam upih, artinya didoakan agar hidup rumah tangganya nantinya samawa, dan berkecukupan atau sebuah bentuk simbolisasi harapan tentang hidup nyaman berkecukupan yang harus dimulai dari bawah.

RAJAH KALA, Rajah adalah sebuah guratan penuh makna. Biasanya berupa gambar atau huruf, sebagai sebuah pemahaman filosofis, simbol panutan, pengingat dan pengharapan. Ada sesuatu yang diagungkan, ditinggikan, sehingga suatu “bentuk” perlu diabadikan di dalam keris.

Kala merujuk kepada binatang kalajengking. Kekuatan kalajengking terletak pada dualitasnya: makhluk kecil tapi sangat berbahaya bisa senyap dan tidak terlihat, tetapi pada saat yang menentukan, mampu menyerang atau sanggup mempertahankan diri.

Dalam budaya masyarakat primitif, merajah tubuh (tatto) simbol kalajengking di tubuh sama artinya dengan menggunakan jimat pelindung. Mereka tak hanya melindungi diri dari sengatan kalajengking atau binatang berbisa lainnya, tapi juga melindungi dari berbagai gangguan roh jahat. Mereka yakin, kalau simbol kalajengking mengeluarkan energi yang sangat ditakuti dan dihormati oleh semua makhluk, baik di alam nyata maupun secara supranatural.

Sementara dalam budaya Jawa sendiri, kalajengking juga kerap disimbolkan sebagai Bethara kala atau sesuatu yang buruk. Sebagai rajah pelindung dari serangan-serangan yang ditujukan padanya, rajah Kala konon banyak dipakai prajurit Jawa pada masa lalu untuk membentengi diri dalam peperangan.

PAMOR TELAGA MEMBLENG, artinya danau/telaga yang airnya tertahan/tidak mengalir. Bentuk gambaran motif pamor Telaga Membleng sepintas lalu agak mirip dengan pamor Putri Kinurung. Terletak di bagian sor-soran, tepat di tengah blumbangan atau pejetan. Bentuknya menyerupai gambaran gelombang air (transversal), diawali dengan adanya bulatan kecil lalu menyebar menjadi beberapa lingkaran yang lebih besar.

Tuah atau angsar pamor ini, bagi mereka yang percaya adalah untuk penumpukan harta, memudahkan pemiliknya mencari jalan rejeki. Tuah dari pamor ini juga dipercaya dapat membantu mengatasi sifat boros. Pamor ini tergolong pamor yang tidak pemilih, setiap orang akan merasa cocok bila memilikinya.

MAS KEMAMBANG, atau maskumambang adalah pamor yang terletak di bagian gonjo. Bentuknya merupakan garis mendatar yang berlapis-lapis mirip dengan kue lapis. Jumlah lapisannya pun beragam, ada yang hanya dua atau tiga lapis saja, namun ada pula yang sampai enam bahkan tujuh lapis. Namun jumlah lapisan tersebut tidak berpengaruh pada tuahnya. Pamor Mas Kumambang ini menurut sebagian pecinta keris termasuk baik tuahnya. Pemilik keris dengan ganja semacam ini bisa bergaul baik dengan kalangan atas maupun bawah. Mereka yang dalam pekerjaannya banyak berhubungan dengan orang lain atau pihak ketiga, sangat cocok jika memiliki keris yang gonjo-nya berpamor mas kumambang ini.

CATATAN GRIYOKULO, aura keris tayuhan sangat terasa memancar dari keris tilam upih ini. Mungkin penampilannya tidaklah wah atau gemebyar, hanya dalam bentuk sebuah dhapur  sederhana, tanpa ricikan yang kompleks. Demikian pula pamornya, tidak njlimet seperti halnya pamor-pamor miring. Namun dengan adanya rajah binatang kala (kalajengking) primitif tentu membuatnya keris ini di suatu masanya pernah dipusakakan dan diistimewakan oleh pemiliknya terdahulu. Terlebih pamor telaga membleng pada pejetan dan mas kumambang pada gonjonya menjadi anugerah tersendiri. Sebagai penututp, Pusaka ini menyandang gayaman kayu timoho iras lawasan dan hulu motif surya majapahit terbuat dari tanduk.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *