Sinom HB V

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 13.000,000,-(TERMAHAR) Tn. AHP, Gatsu – Jakarta


1. Kode : GKO-392
2. Dhapur : Sinom
3. Pamor : Mlinjon
4. Tangguh : Mataram HB V (Abad XIX)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No : 1083/MP.TMII/XI/2019
6. Asal-usul Pusaka :  Rawatan/warisan turun-temurun
7. Dimensi : panjang bilah 34 cm, panjang pesi 7 cm, panjang total 41 cm
8. Keterangan Lain : kolektor item


ULASAN :

SINOM, adalah salah satu bentuk dhapur keris lurus. Keris yang tergolong populer ini memakai ricikan : sekar kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap, tikel alis, sraweyan dan ron dha kalih. Menurut mitos/dongeng dhapur Sinom pertama kali dibabar oleh Empu Windudibya atas pemrakarsa Nata Prabu Lembuamilihur, pada tahun jawa 1119.

FILOSOFI, Jika diambil arti harfiah, Sinom berarti rambut yang tidak setebal rambut biasa yang ada di kepala. Sebut saja rambut halus dan lembut, tapi ia tidak bisa disebut sebagai bulu. Ia menempel di sekitar dahi. Bahkan, kadang rambut ini tumbuh hingga sekitar pelipis. Jadi, ketika rambut disibakkan ke belakang, maka akan terlihat rambut-rambut sinom yang lembut itu. Rambut sinom adalah simbol kecantikan sekaligus kebanggaan yang dimiliki wanita Jawa.

Namun Sinom dapat berarti pula pucuk daun asam (asem, Jw) yang masih muda (Tamarindus indica), yang nantinya menjadi dedaunan yang ngremboko (hijau rimbun). Munculnya daun-daun muda ini menjadi pertanda tahap pertumbuhan sang pohon. Pohon Asam Jawa tergolong ke dalam jenis pohon yang berumur panjang. Berperawakan  gagah, besar dan selalu hijau (tidak mengalami masa gugur daun), rimbun dan rindang memberikan keteduhan bagi segala makhluk. Pohon Asem memiliki arti “sengsem“, menyenangkan hati, senyum yang indah. Sedangkan daun dari pohon Asem yang berjari enam, memiliki nama sinom, “anom” berjiwa muda.

Maka pada hakekatnya keris Sinom adalah penggambaran akan lukisan dari indahnya cerita masa muda, masa dimana seseorang tumbuh berkembang mengenal hal-hal baru, mencari identitas diri, beradaptasi dalam lingkungannya, dan mengolah bakat serta kreatifitasnya. Sebuah masa yang penuh dengan angan-angan, ambisi, dan harapan serta usaha mencari ilmu dalam menggapai suatu cita-cita.

Bagi pemiliknya, Dhapur Sinom akan mengingatkan bagaimana menyikapi hidup dengan semangat untuk terus tumbuh berkembang, menjadi lebih baik. Sebab masa mudalah masa yang digunakan untuk menghabiskan kegagalan. Karenanya dalam segala hal hendaknya perlu dipikirkan terlebih dahulu, supaya tidak mengambil jalan yang salah dan dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Sebagai anak muda sebaiknya lebih bijaksana dibandingkan masa kanak-kanak dahulu.

Juga, bagaimana seharusnya sebagai orang tua, orang tua bertugas tidak hanya membesarkan anak tapi juga mendewasakan anak (ngentas pitulus) agar ia nantinya berguna bagi keluarga, bangsa dan lingkungannya. Dari masa kanak-kanak, sang pujaan orang tua dan dambaan keluarga tumbuh menjadi remaja. Orang tua menjadi gelisah, walaupun badan sudah besar namun dianggapnya pengalamannya belumlah banyak, batinnya belum cukup matang, masih sering salah menentukan arah dan langkah. Maka segala tindak-tanduknya menjadi pertanyaan sang bapa dan ibu. Siang malam selalu berdoa dan menjaga agar pergaulannya tidak salah arah.

Maka tidaklah mengherankan jika di zaman dulu, di lingkungan keraton keris Sinom kerap diberikan sebagai keris hadiah sang ayah bagi peputra (anak laki-laki) yang telah selesai dikhitankan. Karena itu penampilan keris Sinom pada umumnya memberikan kesan luwes, prigel, menyenangkan, tampan dan indah. Jarang ditemui dhapur Sinom yang terkesan seram, galak dan angker.

PAMOR MLINJON, dari kata melinjo – buah pohon so/mlinjo/tangkil (Gnetum gnemon Linn). Disebut demikian karena pamor berpola oval yang tersusun secara berderet di antara garis berjajar vertikal yang membingkainya dibuat oleh sang Empu mirip sekali dengan biji mlinjo. Pamor Mlinjon saat ini sudah mulai jarang ditemui.

Mlinjo adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka. Mlinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terlihat langsung karena terletak di antara daun-daun yang tidak terbungkus daging tetapi berbungkus kulit luar. Jika sudah memerah akan sangat kontras dengan daunnya yang berwarna hijau. Biji mlinjo yang tumbuh secara bergerombol akan selalu mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri (individualis) serta diharapkan tidak melupakan hubungan kedekatan keluarga dan hidupnya mampu menghasilkan banyak buah-buah kebaikan.

Pola bulatan (oval)  dari pamor mlinjon juga melambangkan salah satu unsur kehidupan- air (nafsu Supiyah). Nafsu Supiah berasal dari saripati sehingga nafsu ini mewarisi sifat-sifat air. Sifat air antara lain mencari tempat posisi yang paling rendah, kebalikan dari api/amarah yang selalu mengarah keatas. Mengajarkan kepada kita untuk menjadi rendah hati terhadap sesama dan selalu merendahkan diri dihadapan Tuhan. Juga sebuah sebuah untaian doa serta harapan agar pemiliknya nantinya dapat menyingkirkan semua tantangan atau penghalang hidup dengan tenang, penuh kesabaran disertai usaha yang konsisten dan ikhtiar terus-menerus.

CATATAN GRIYOKULO, sangatlah tepat kiranya jika dhapur Sinom merupakan keris yang biasanya disandang anak muda ataupun mereka yang berjiwa muda. Penampilannya pas, tidak terlalu banyak ricikan namun tidak pula minim ricikan, luwes dan menarik hati. Pamornya pun jarang dijumpai yang merupakan pamor miring. Demikian pula pada keris Sinom ini meskipun bukan tergolong pamor miring tapi mampu mencuri mata siapapun yang memandangnya. Ndeling (ada yang menyebutnya sebagai pamor prambanan) beradu kontras dengan besinya yang hitam kebiruan. Secara khusus seakan orang-orang akan dibuat jatuh cinta dengan bentuk sekar kacang yang ujungnya melengkung panjang mendekat ke gandhik, seolah akan selalu mengingatkan pemiliknya jika ternyata “manusia hanya butuh waktu dua tahun untuk bisa belajar bicara, tetapi nantinya butuh waktu bertahun-tahun untuk belajar menahan emosi atau diam (bungkem). Jika menyangkut selera pribadi mungkin sandangan yang ada nantinya bisa diganti. Pilihan sandangan model ngayogyakarta akan menjadikan pusaka menjadi satu soul (sawiji, greged, sengguh ora mingkuh).

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *