Patrem HB V Sodo Lanang

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : ?,- (TERMAHAR) Tn. H, Kebayoran View


1. Kode : GKO-389
2. Dhapur : Sempaner
3. Pamor : Sodo Lanang
4. Tangguh : Mataram HB V (Abad XIX)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No : 1036/MP.TMII/VIII/2019
6. Asal-usul Pusaka :  Jakarta
7. Dimensi : panjang bilah cm 18,5, panjang pesi 3,5 cm, panjang total 22 cm
8. Keterangan Lain : kolektor item


ULASAN :

SEMPANER,  jarwo dosok diartikan sebagai sebuah kata dalam bahasa jawa yang merupakan gabungan atau pemendekan dari dua kata atau lebih. Pemendekan kata-kata tersebut dilakukan untuk memudahkan penyebutan, namun pada saat bersamaan tetap mempertahankan makna, tentunya bagi yang paham dengan makna kata-kata awalnya.

Contoh dari jarwo dosok dalam dhapur keris adalah Sempaner.  Dalam kaidah jarwo dosok di dunia perkerisan tersebut, ternyata sempaner adalah pemendekan dari kata sempana bener. Dhapur Sempaner mempunyai ricikan sebagai berikut; bentuknya lurus, pada bagian gandhik-nya terdapat sekar kacang, jalen, dan lambe gajah. Dhapur ini juga memakai tikel alis dan ri pandan. Menurut mitos atau dongeng Dhapur Sempaner dibabar oleh Mpu Ciptagati pada masa pemerintahan Nata Raja Budda Kresna tahun Jawa 265.

Di zaman dahulu keris Dhapur Sempaner banyak dimiliki oleh mereka yang aktif bekerja untuk raja atau kerajaan. Sebagian pecinta keris menganggap keris Dhapur sempaner saat ini baik untuk dimiliki oleh orang yang masih aktif bekerja dalam dunia pemerintahan atau masyarakat. “sae kagem ngabdi“.

FILOSOFI, Sempana Bener, berasal dari Bahasa Sansekerta Sumpena dan Bener, Secara harfiah berarti bermimpi di jalan yang lurus (bener). Dalam arti yang lebih dalam, dhapur keris ini memuat suatu pesan angan-angan, harapan serta cita-cita. Dan apabila keinginan tersebut apabila dilandasi suatu pemahaman yang bener dan pener (benar dan tepat) tidak mustahil akan dapat terwujud menjadi suatu kenyataan.

Sempana, Setiap orang berhak memiliki mimpi. Mimpi adalah sebuah anak tangga yang paling bawah, karenanya mimpi harus diperjuangkan. Untuk dapat mewujudkan mimpi tersebut dibutuhkan usaha dan pengorbanan juga konsistensi dan persistensi. Hal ini sesuai dengan filsafat Jawa bahwa ‘jer basuki mawa bea’. Jer (memang, seharusnya begitu), basuki (selamat atau sejahtera), mawa (memerlukan atau menggunakan), beya (biaya atau pengorbanan). Artinya keberhasilan seseorang diperoleh melalui pengorbanan. Hal ini berarti bahwa seseorang harus berusaha dan berjuang sekuat tenaga untuk dapat meraih apa yang diimpikan. Karena cita-cita atau impian tidak mungkin diraih secara instan atau datang dengan sendirinya. Mimpi menjadi pegangan kita, menjadi alasan dari setiap perjuangan.

Juga dalam hal motivasi, karena “sopo sing tekun bakal tekan”. Sopo (siapa), sing (yang), tekun (tekun), bakal (akan), tekan (sampai). Yang artinya barang siapa yang tekun mencari akan sampai pada tujuan yang dicita-citakan. Tekun mempunyai pengertian mengerjakan sesuatu dengan rajin, konsisten, ulet, tahan uji dan tidak putus asa di tengah jalan hingga membawanya sampai pada tujuan. Tekun sudah tentu dalam hal apa saja. Baik menuntut ilmu, maupun melaksanakan tugas/pekerjaan. Tekun dan tekan merupakan deretan kata berjenjang. Siapa yang mau tekun, maka ia akan ia akan segera tekan atau sampai kepada apa yang menjadi cita-citanya.

Bener, Dalam beribadah kita selalu mohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan jalan yang lurus. Lurus berarti tidak menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan. Maka berangkat melalui pemahaman yang benar yang diselaraskan dengan usaha serta ketekunan, tentu saja dilandasi ikhitiar doa itulah yang akan mengantar kepada sebuah pencapaian cita-cita. Karena kesuksesan bisa berarti apapun. Inilah esensi sebenarnya dari dhapur sempana bener.

PATREM, merupakan istilah dalam dunia perkerisan yang digunakan untuk menyebut keris kecil yang secara mudah dikenali dengan menggunakan rentangan jari tangan, atau dapat diukur dengan satuan ukuran jaman sekarang lebih kurang sekitar 20 cm.

Dalam jarwo dosok berarti Panggange ingkang damel tentrem atau sesuatu yang dapat membuat tentram hati orang yang membawanya (patrêm: sesuatu yang membuat tentram). Menentramkan jiwa dari kekhawatiran akan ancaman bahaya, baik fisik maupun non fisik. Mereka dapat merasa tentram batinnya, taklala menyanding patrem yang berasal dari orang tua atau leluhurnya sendiri.

PAMOR SODO LANANG, Mungkin di setiap daerah berbeda penyebutannya, seperti ada yang menyebut adeg siji atau sodo sakler. Sesuai dengan namanya (sodo, Jw = lidi, sakler, Jw = satu), gambaran motif pamornya berupa garis lurus membujur sepanjang tengah bilah atau jika terdapat pada keris luk, garisnya membujur dari sor-soran hingga ujung mengikuti bentuk luk-nya. Kadang bentuk garis lurusnya tidak hanya satu garis tipis, tetapi terdiri dari beberapa garis yang mengelompok menjadi satu seperti pada keris ini.

Konon pada saat Sultan Agung Raja Mataram yang paling termasyur itu memerintah, untuk mewujudkan cita-cita kebesaran Mataram, melalui Empu Supo Anom Sultan Agung berkehendak untuk yasan (membuat) tujuh (7) pusaka kerajaan, salah satu diantaranya adalah keris berpamor Sodo Saler. Sedangkan enam pusaka yang lain adalah ; dhapur Nagasasra kinatah kamarogan, luk 3 dhapur Manglar Monga, keris Singo Barong, keris Pasopati, keris kalawijan luk 29 Kolo Bendu, dan tombak kalawijan Wulan Tumanggal. Konon pula keris dengan berpamor Sodo lanang dipercaya sebagai pusaka pegangan Raden Sahid (Sunan Kalijaga). 

Sebatang lidi akan kurang bernilai dan lemah ketika hanya satu, tetapi dalam satu ikatan akan mampu menyapu segala-galanyanya dan tak mudah terpatahkan. Ungkapan tersebut merupakan pesan moral yang ingin disampaikan Sultan Agung yang harus terpatri dalam jiwa setiap laskar Mataram. Untuk mencapai “Mataram yang Agung” perlu persatuan dan kebersamaan di antara Raja, kaum Bangsawan, Ulama, Umaroh, Pedagang dan Rakyat. Sultan Agung tampaknya sangat memahami pentingnya simbol persatuan dan kebersamaan untuk meraih kejayaannya.

Pada jaman dahulu keris dengan pamor Sodo Sakler/Sodo Lanang banyak dimiliki oleh para Prajurit sehubungan dengan mitos cerita yang berkembang, dimana Klenting Kuning mampu mengalahkan Yuyu Kangkang dengan memukulkan sodo lanang. Oleh masyarakat perkerisan tuahnya juga dipercaya untuk menambah kewibawaan, menaikkan tingkat kepercayan diri, untuk ketenaran (popularitas), menambah keteguhan hati, dan kuat iman, serta sebagai pagar pertahanan diri dan untuk mengusir kekuatan jahat.

Dan memang hal ini juga dikuatkan dengan referensi dari serat-serat lama mengenai pamor, salah satunya dapat dilihat dari Buku berjudul Pakem Pusaka (Duwung, Sabet, Tombak) yang ditulis oleh oleh R.Ng Hartokretarto (1964) berdasarkan babon asli peninggalan R, Ng Ronggowarsito. Dari catatan tersebut di dapatkan ternyata pamor sodo sakler merupakan ageman priyayi bukan untuk orang sembarangan agar supaya selalu beruntung dan lebih baik. Bahkan jika ditorehkan di pedang yang memakainya sepatutnya menjadi Senapati.

Bentuk pamor Sada Sakler pada pusaka patrem ini terasa syahdu. Lurus membentang tegas hingga ke bagian pesi. Tak ketinggalan pula bentuk garis yang melintang secara horizontal di bagian penampang kanan-kiri gonjo, yang pada zaman dahulu lazim disebut gonjo kendit seret menandakan semua berasal dari 1 kodokan (calon keris) yang sama. Menurut pengamatan Penulis patut diduga pamor sada sakler yang ada berasal dari bahan meteorit, dimana warna putihnya pamor bernuansa soft (doft), serta berkesan lumer mengambang. Penulis sertakan pula sample keris buatan Mpu Ngadeni yang pada bagian gonjo secara khusus menggunakan bahan pamor meteor campo del cielo sebagai bahan pengamatan bersama. Meskipun kecil namun tetaplah cabai rawit, tidak kalah wingit dengan pusaka-pusaka ukuran normal.

Yang lebih menarik lagi, di kalangan para pemburu esoteri, keris dengan pamor sodo lanang/sodo sakler ini justru dicari karena tuahnya yang dipercaya sebagai media pembawaan karakter “Kinasih” (pelet dan pengasihan) bagi si pemiliknya. Wallahu a’lam.

Sun amatek Ajiku Sodo Lanang, saka pertapan kendalisada dak sabetake segara asat. Dak sabetake bumi bengkah ….

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *