Mahar : 2.950.000,- (TERMAHAR) Tn J, Bandung
- Kode : GKO-287
- Dhapur : Kudhup Gambir
- Pamor : Wengkon
- Tangguh : Madura (Abad XVIII)
- Sertifikasi No : 723 /MP.TMII/VI/2018
- Dimensi : panjang bilah 25,7 cm panjang pesi 13,8 cm , panjang total 39,2 cm
- Asal-usul Pusaka : Juru kunci makam
- Keterangan Lain : sudah diwarangi, methuk iras
Ulasan :
KUDHUP GAMBIR, adalah salah satu bentuk tombak lurus. Menurut Buku Gambar Keris dan Tombak Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwana X, Dhapur Kudhup Gambir mempunyai ciri : Menggang ing bongkot, ngadhal metheng, ada-ada, awag gilig, methit (agak renggang di pangkal, bilah seperti kadal yang sedang bunting, memiliki ada-ada, perawakan tebal gilig dan ujungnya tidak terlalu runcing namun tajam).
Meskipun secara fisik dapat digunakan sebagai senjata peperangan, namun tombak Kudhup Gambir lebih banyak disimpan sebagai sipat kandel. Diantara pusaka Keraton Kesultanan Yogyakarta, ada sebuah tombak yang berdhapur Kudhup Gambir. Tombak pusaka itu bernama Kanjeng Kiai Jimat yang dimiliki Sri Sultan Hamengku Buwono I sejak masih menjadi Pangeran di Surakarta. Tak banyak pusaka keraton kesultanan Yogyakarta yang merupakan cikal bakal atau yang dibawa Sultan HB I. Namun sayang, kisah lain tentang tombak ini tidak banyak diungkap di dalam catatan keraton. Bagaimana Pangeran Mangkubumi menempa diri untuk kemudian jumeneng menjadi Raja di Kasultanan Yogyakarta juga tidak banyak dikisahkan. Namun paling tidak, tombak ini senantiasa mendampingi pangeran mangkubumi salam pengembarannya menempa diri, mengusir penjajahan Belanda dari Bumi Nusantara.
FILOSOFI, Kudhup = kuncup, Gambir = bunga Gambir. Sesuai namanya bentuk tombak satu ini memang mirip dengan kuncup bunga Gambir. Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih pinang (nginang, Jw), yang paling tidak sejak ratusan tahun lalu sudah dikenal masyarakat kepulauan Nusantara, dari Sumatra hingga Papua. Gambir memiliki rasa sedikit pahit, melambangkan keteguhan hati. Makna ini diperoleh dari warna daun gambir yang kekuning-kuningan serta memerlukan suatu pemrosesan tertentu untuk memperoleh sarinya, sebelum bisa dimakan. Dimaknai bahwa jika mencita-citakan sesuatu, kita harus sabar melakukan proses dengan keteguhan hati untuk mencapainya.
TENTANG TANGGUH, Bicara tentang dunia tosan aji keris dan tombak, tidaklah mungkin tanpa menyebut Madura. Sejak zaman Raja-Raja jauh di masa lampau, Madura sudah menjadi bagian dari perkembangan tosan aji di Nusantara, khususnya di pulau Jawa. Boleh jadi karena sejumlah Empu yang tersohor juga berasal dari Madura. Sebutlah beberapa nama yang melegenda seperti; Empu Koso, Panembahan Sumolo dan Empu Brojoguno yang terkenal itu. Atau mungkin perang tanding bukan hal asing bagi para adipati dan ksatria-ksatria asal Pulau Garam ini sehingga melahirkan jejak dan ragam pusaka yang menjadi mitos sebuah tradisi keperwiraan sekaligus kehebatan pusakan piandel yang mengiringinya.
Mata tombak kudhup gambir ini terbilang masi dalam kondisi terbaiknya, apalagi memang berasal dari tangguh nem. Bentuknya sederhana, tidak menggunakan ricikan macam-macam demikian juga dengan pamornya kelem tidak terlalu kontras dengan besinya. Secara fisik mata tombak terlihat sangat kokoh terlebih dengan adanya bagian ada-ada dari bagian bawah hingga ke bagian pucuk. Apabila disentil dapat dirasakan frekuensi bunyi yang dihasilkan dengan kekerasan bilah. Bagian methuknya dibuat iras atau menyatu dengan bilah. Sedangkan bagian ujung pesi diuntir.
Sebagai tambahan ada sedikit cerita, dimana tombak ini Penulis peroleh melaluii rekan hunter dari seorang Juru Kunci Makam di daerah wetan. Tudung/tutup tombak yang ada juga terlihat khas daerah wetanan terutama bagian ujungnya tinggi yang mirip payung-payungan, tanpa tongkat landheyan. Motif Naga Penganten tampak manis menghiasi, berupa sepasang naga yang saling melilitkan badannya kemudian menjadi satu menambah ke-sangaran-nya tersendiri. Tak ada gading yang tak retak, ada sedikit retak rambut di bagian tutup kayunya walau tidak sampai pecah/tembus.
foto lokasian
PAMOR WENGKON , adalah nama pamor yang bentuk gambarnya menyerupai bentuk bingkai di sepanjang tepi bilah keris. Pamor ini tergolong pamor rekan, yakni pamor yang bentuknya dirancang terlebih dahulu oleh sang Empu. Dipercaya pamor wengkon merupakan wujud doa dan harapan akan tidak ada bahaya, tidak ada masalah dan tidak ada halangan (siro winengku, lir ing sambekolo). Pamor ini tergolong tidak pemilih, siapa saja dapat memilikinya.
Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : D403E3C3 Email : admin@griyokulo.com