Segoro Winotan

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_nMahar : 5.333.333,- (TERMAHAR) Tn. AP Senen, Jakarta Pusat


 
  1. Kode : GKO-259
  2. Dhapur : Segoro Winotan
  3. Pamor : Beras Wutah
  4. Tangguh : Mataram (Amangkurat?) (Abad XVIII)
  5. Sertifikasi No : 85/MP.TMII/I/2018
  6. Asal-usul Pusaka : Medan, Sumatera Utara
  7. Keterangan Lain : sudah diwarangi, TUS, kolektor item

Ulasan :

Samudra winotan kilat, dadi ngibarating wot siratalmustakim, têgêse dalan kang bênêr, iya iku hakekate pêsating atma tumêka ing khalarating Dzat. Ana kang angarani wot siratalmustakim iku hakekate wêtuning pamicara, iku padha pakolèhe.

SEGORO WINOTAN, menurut gambar buku dhapur peninggalan KGPH Hadiwijaya, putra dalem ISKS Pakubuwono X, dhapur sagara winotan mempunyai ricikan: luk tiga, sekar kacang, jenggot, jalen, lambe gajah satu, sogokan rangkap, tikel alis, sraweyan, greneng. Adapula dhapur yang mirip dengan itu yakni jangkung sagara winotan, perbedaannya menurut gambar buku Dhapur tersebut adalah jangkung sagara winotan memakai lambe gajah dua dan sogokan-nya sampai ujung bilah.

SEGORO = samudra, WINOTAN = terjembatani. Jembatan adalah jalan penghubung yang dibangun dengan alasan khusus yang memiliki tujuan. Jauh-dekatnya jarak bukan masalah, selama ada eksistensi yang menjembatani mereka. Pada jaman dahulu untuk mendirikan jembatan  di atas samudra (laut) yang menghubungkan dua daratan (pulau) merupakan sesuatu yang dapat dikatakan masih sebatas angan-angan dan hampir mustahil untuk dilakukan. Karenanya, dhapur Segoro Winotan dipercaya menumbuhkan cita-cita tinggi pada pemiliknya, dan memotivasi mereka menggapai sesuatu yang hampir mustahil dilakukan orang banyak.

FILOSOFI, Dalam Al-Qur’an, jembatan dimaknakan sebagai “shirath” yang artinya jalan yang lurus yaitu jalan bagi orang-orang yang diberi nikmat. Secara harfiah shirath al-mustaqim arti dan maknanya adalah jalan lurus (benar). Dalam keyakinan umat muslim, jembatan shirath al-Mustaqim terbentang panjang di atas neraka yang menghubungkan dengan surga. Al-quran dan Hadist menggambarkan banyak orang yang jatuh ke neraka dan tidak sedikit dari mereka yang bisa melewatinya dalam kedipan mata ataukah secepat kilat. Semuanya, tak lepas dari amal baik atau buruk yang dari perbuatan kita masing-masing.

Pangeran Mangkubumi mempunyai filofosi Hamemayu Hayuning Bawono, sebuah konsep tata ruang yang dikenal dengan konsep sumbu nyegara gunung. Di lapangan, konsep sumbu nyegara gunung ini diterapkan dengan membuat garis imajiner lurus yang menghubungkan laut kidul, tanda gardu pandang Gedong Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Poros-poros tersebut didapat dari akulturasi faham Hindu dan Islam yang memiliki maksud ‘jalan lurus‘ menuju akhirat.

Tidak sekedar nama tanpa makna, Segoro Winotan adalah sebuah saloka (kalimat kiasan), yang selalu mengingatkan kita untuk bersama-sama mencari ‘jalan yang lurus’ dengan istiqomah dan sabar, biar lambat asal selamat tidak terburu nafsu. Nrimo ing pandum, harus ikhlas dengan pekerjaan apapun yang dilakukan, tidak iri dan dengki, tidak ikut-ikutan dengan jaman edan meski jika tidak ikut edan tidak kebagian, melainkan harus senantiasa ingat kepada Tuhan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya agar selalu terjaga dalam ‘jalan yang benar’.

TANGGUH MATARAM AMANGKURAT, biasa juga disebut tangguh Kartasura, pasikutan-nya galak (pola garapnya agal), birawa (besar), adegnya kaku, besinya mentah keputih-putihan dan pori-pori besinya kasar (ngrasak), pamornya kemambang dan warnanya agak keruh. Empu pada masa ini adalah Empu Lujuguna II dan Empu Brajaguna I, keduanya merupakan empu yang hijrah dari Madura. Keris-keris tangguh Amangkurat relatif sedikit dan jarang dijumpai. Keris-keris tangguh Amangkurat dikenal memiliki taksu (energi) menambah semangat, pemberani, tegas dan namun kadangkala jika ‘tidak kuat’ menjadikan panasan. Sangat cocok dimiliki oleh mereka yang terlahir sebagai pemimpin, yang memerlukan ketegasan.

Yang menarik dari keris ini adalah keutuhan bentuk ricikan yang menyertai mulai dari sekar kacang, jenggot hingga ke eri pandan atau greneng. Tarikan luk tiganya tampak alami dan luwes, sedang pada tarikan awalnya dan memanjang di luk akhirnya. Unjuk kegagahan dan birawa (panjang sekitar 37 cm). Gandik-nya tampak miring agak wagu tapi wangun. Sekar kacang-nya pun tampil eksentrik memanjang jauh ke depan dengan ricikan jenggot di atasnya. Bagian blumbangan tampak tegas dan dalam. Begitu pula sogokan rangkapnya meski terkesan pendek dan agak tegak namun dalam dan tegas. Bagian gonjonya juga menampilkan keunikannya sendiri dimana pesinya tidak centre di tengah melainkan agak maju ke depan dengan bentuk sirah cecak panjang dan lancip namun gulu meled samar. Buntut cecak tidak nguceng mati (papak), semakin ‘wah’ dengan hiasan greneng yang masih sangat wutuh terbaca karakter dha nya.

PAMOR SUMBER, adalah pamor yang terletak pada bagian gonjo. Bentuknya berupa bulatan berlapis-lapis, paling sedikit tiga lapisan. Pada permukaan sebuah gonjo, jumlah bulatan-bulatan yang menyerupai ‘mata kayu’ itu paling sedikit enam buah. Pamor sumber tergolong baik dan banyak dicari orang, karena dipercaya dapat membantu mendatangkan rezeki bak sumber mata air yang tak pernah kering.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :
 

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : D403E3C3  Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *