Tombak Koro Welang

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 2,500,000,- (TERMAHAR) Tn. AA Jakarta


  1. Kode : GKO-213
  2. Dhapur : Tombak Songo-Songo (Koro Welang Luk 9?)
  3. Pamor : Beras Wutah
  4. Tangguh : Mataram Abad XVI
  5. Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 167/MP.TMII/II/2017
  6. Asal-usul Pusaka : Jakarta
  7. Keterangan Lain :

Ulasan :

Tosan Aji seperti keris dan tombak memiliki hubungan khusus dengan seni pewayangan, contohnya pada lakon yang wajib dimainkan oleh para Dalang :Semar Mbangun Kahyangan. Simbolisme cerita dari lakon ini digambarkan dengan tiga pusaka: Jamus Kalimasada, Tumbak Kalawelang dan Payung Tunggulnaga. Semar menghendaki meminjam ketiga pusaka Kerajaan Amarta itu untuk membangun Kahyangan. Kahyangan juga bisa berarti jiwa dalam hati. Jadi intinya, sebagai pribadi Semar ingin membangun jati diri. Inilah awal dari pertentangan yang dihadapi Semar menuju kebenaran.

Kalimasada tidak lain adalah “Dua Kalimat Syahadat” yang merupakan kunci keyakinan seseorang. Pusaka syahadat inilah yang akan digunakan Semar untuk membangun rohani.  Songsong Tunggulnaga adalah ungkapan bahwa Pandawa sebagai pemimpin harus memiliki karakter mengayomi sebagaimana fungsi songsong. Sedangkan Tombak Kala Welang atau sering diabsorpsi menjadi Koro Welang, berasal dari dari kata “Kala” dan Welang. Kala adalah simbol dari berjalannya waktu. Tak ada yang bisa menghalangi berjalannya waktu. Semuanya akan diterjang dan dihancurkan oleh Sang Kala. Welang adalah ular yang yang paling berbisa. Bisa dari ular welang ini sangat mematikan. Namun welang disini berkaitan dengan wulang dan weling, yang mempunyai makna sebagai sebuah ajaran dan pitutur dimana kita akan selalu diingatkan lonceng “waktu”. Bhatara Kala yang selalu siap menjemput dan menerkam mereka yang lalai.  “Waktu” adalah pelari yang tidak pernah beristirahat. “Waktu” adalah seorang hakim yang jujur dalam menyampaikan kebaikan-keburukan.  Hukum sebab-akibat (karma) juga dibuktikan lewat perjalanan “waktu”.  

Tombak Karawelang adalah simbol ketajaman yang dengan personifikasi tersebut Semar bermaksud membangun ketajaman hati, ketajaman visi dan indera para Pandawa. Tombak Kalawelang, adalah simbol dari ketajaman budi. Kenapa Tombak? Tombak, pada umumnya tombak mempunyai fisik yang kuat; ujungnya runcing; kedua sisi bilahnya tajam; antara bilah dan pesi terdapat methuk (berbentuk cincin), dan panjang bilah dengan pesi serasi. Itu semua mengambarkan seorang yang teguh hatinya, tajam akal dan budinya, berkepribadian wajar dengan keseimbangan yang tinggi, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kisah Semar Mbangun Kahyangan, adalah sebuah bentuk pembelajaran moral bagi para pemimpin untuk mau mendengar suara rakyat, selalu bijaksana, tak hanya mau menang sendiri, dan tidak semena-mena dalam menegakkan keadilan. Juga bagi rakyat untuk berani menyuarakan kebenaran dan gigih dalam mempertahankan kebenaran itu meski banyak aral yang melintang karena kebenaran pada akhirnya pasti akan menang. Suara Rakyat adalah Suara Tuhan.
 
Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.

Contact Person :
 

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : D403E3C3  Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *