Pandawa Cinarita

termahar logo griyokulo

MAHAR : Rp. 2.999.000,-(TERMAHAR)


pendawa cinarita keris pendawa cinarita

  1. Kode : GKO-77
  2. Dhapur : Pandhawa Cinarita
  3. Pamor : Wengkon Isen
  4. Tangguh : Mataram Abad XV
  5. Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 259/MP.TMII/X/2015
  6. Asal-usul Pusaka : Kebumen, Jawa Tengah

warangka lamen sertifikasi museum pusaka tmii pendawa cinarita
Ulasan :
 
Di tengah era globalisasi dan hiruk pikuk persoalan kebangsaan yang tak kunjung rampung, keris masih dianggap sebagai sebuah karya seni budaya yang berkaitan dengan sesuatu (kearifan lokal) yang bersifat spiritual. Keindahan spiritual berakar pada pandangan manusia terhadap sesuatu yang goib, segala sesuatu yang serba tak terlihat namun dapat dirasakan yang dapat kita kenal pada segala bentuk kepercayaan dan agama. Kalangan priyayi Jawa memandang keris atau tosan aji sebagai simbolisasi dari sebuah jabatan atau garis keturunan dari raja, seperti kata keris dari istilah Jawa ungkere waris, yang artinya menjadi simbol pewarisan bagi pemiliknya terhadap para leluhur. Nilai filosofi yang terkandung dalam tosan aji, tertuang secara implisit dari bentuk bilahnya, mulai dari motif pamor, tangguh atau masa pembuatan, jenis keris lajer (lurus) atau luk (berkelok-kelok), hingga kandungan makna dari maksud atau niat sang empu yang menciptakan maha karyanya berupa keris atau tosan aji (dhapur). Tosan aji tersebut pada umumnya merupakan suatu benda sakral dari manifestasi sebuah harapan, di dalamnya syarat nilai-nilai, doa-doa dan daya pikat batin. Senjata-senjata pusaka menjadi media komunikasi batin agar pemiliknya tetap selamat hidupnya (pengameng-ameng). Dengan motif dhapur, motif pamor, bahan besi, baja dan meteorit solah-olah menjadi harapan atas segala godaan yang bersifat fisik ataupun gaib di sekeliling manusia akan tersingkirkan.
 
Seperti halnya sempana bungkem luk tujuh, keris Pendawa Cinarita luk lima juga dipercaya mempunyai tuah untuk membungkam lawan bicara (lancar berkomunikasi) dan disenangi orang-orang sekitarnya dalam pergaulan (luwes bergaul) hingga banyak diburu orang-orang perkotaan yang mempunyai profesi sebagai artis, sales, MC, pengacara, notaris, jaksa dan lain-lain yang dalam kegiatan/profesinya  berhubungan langsung dengan orang banyak.
 
Inspirasi bisa datang dari manapun. Bisa dari siapa dan apa saja, tak terbatas seperti halnya keris Pendawa Cinarita. Pendawa bisa diartikan sebagai pandalaman wawasan dan cinarita adalah karakter heroik dari lima bersaudara. Rasanya, nyaris setiap orang mengetahui kisah pendawa lima. Pendawa lima adalah penggambaran manusia. Penggambaran bagaimana kematangan seseorang dalam bersikap. Namun sebenarnya manusia, melewati fase lima tingkat ini, dimulai dari yang terkecil.
 
Sadewa. Orang yang berada di fase ini, adalah mereka-mereka yang merasa bak dewa. Hebat atau merasa ‘paling’. Tak ada yang salah dengan orang yang merasa hebat. Hanya saja, biasanya orang yang sungguh-sungguh hebat, tidaklah merasa. Seperti paweling Jawa : ojo rumongso biso, nanging bisoo rumongso” artinya “jangan merasa bisa, tapi bisalah merasa” (tahu diri).
 
Nakula. Ini adalah tahapan saat seseorang mulai banyak berpikir (kritis). Banyak mempertanyakan tentang peristiwa dan apapun. Isi kepalanya selalu penuh tanda tanya. Bukan karena ia tidak mengerti akan banyak hal, namun karena ada kegelisahan dalam hati, menuntut jawaban atas setiap remah cerita penuh misteri yang ditawarkan semesta. Selalu mengedepankan rasio.
 
Arjuna. Kaum hawa tentu fasih mengenal nama ini. Arjuna digambarkan sebagai orang yang ala kadarnya. Hanya memakai jubah, tak memakai perhiasan untuk menarik perhatian. Sosoknya menarik, bukan karena ketampanan lahiriah. Fase ini menggambarkan manusia seperti cawan yang kosong dan siap menampung ilmu kehidupan. Ia akan membiarkan diri kosong agar bisa menerima banyak hal. Ia akan menarik dengan sifatnya yang rendah hati. Seperti padi, berisi namun tetap akan selalu menunduk. Mungkin ini kalimat yang tepat untuk menggambarkannya.
 

Bima. Dalam kisah pewayangan, fase ini memiliki cerita paling panjang. Fase ini adalah masa mencari jati diri secara mendalam. Manusia menerjemahkan visi dan berusaha mencapainya. Bisa lari ke puncak tertinggi, atau menyelam ke dasar laut terdalam. Ini adalah masa mencari tujuan hidup dan meresapi saripati hidup. Bima digambarkan memakai kalung ular, menggambarkan seorang yang bijak sekalipun mungkin pernah menjadi jahat. Masa lalu yang buruk tidak untuk dihilangkan dan dilupakan, di kubur di tempat terdalam. Masa lalu yang buruk, sebaiknya menjadi pengingat, seseorang pernah melakukan kesalahan, cukup diingat tidak untuk diulang. Berdamailah dengan masa lalu, tak perlu menutupinya.

Yudhistira. Ini adalah fase kematangan kepribadian. Tahap ini adalah masa dimana seseorang benar-benar telah mampu menyerap ilmu kehidupan. Konon Yudhistira juga seorang yang tak pernah berbohong. Kesombongan bisa jadi sudah tak ada dalam dirinya. Ia belajar memahami tidak lagi menghakimi.

Jadi, sudah ada di tahap manakah Anda?

keris bekas perang keris piandel

pendawa cinarito keris pendawa cinarito

Menatap blegger Pendawa Cinarita ini akan tampak di mata kita sebuah kecantikan masa lalu yang misterius. Kecantikan terpahat dari bentuk pasikutan keris ini, dapat kita telusuri mulai dari bentuk luk yang luwes; bahkan bentuk sogokan rangkap (depan dan belakang) luwes mengikuti alur luk, bentuk sekar kacang berhiaskan jenggot yang unik banyak ditemui sebelum Zaman Mataram Islam; beberapa orang menyebut ini adalah bentuk stilasi gandik liman (gajah) primitif. Pemilihan besi malela kendaga menambah kesakralan bilah ini; konon jenis besi ini dulunya sangat disukai para Raja karena keampuhannya, siapapun yang terkena akan luntur kesaktiannya. Dan terakhir tentu saja dari sisi garap pamor; meski hanya tersisa sebagian tetapi masih dapat kita lihat pamor wengkon yang menghias bilah ini tertata rapi (tipis dan tegas) di sepanjang sisi bilah. Membuat pamor wengkon dengan mempertahankan jarak spasi lebih dekat ke sisi bilah akan lebih sulit, banyak pamor wengkon yang kita temui dengan lebar garis wengkon tidak sama dan cenderung masuk ke dalam sisi bilah dengan jarak yang tidak sama pula. Sedangkan isen dari wengkon tersisa samar-samar pada bagian sekitar sogokan mirip tunggak semi. Dipadukan warangka lamen dengan pendok model cukitan lung melati lawasan menambah kesan vintage (kuno) dan berkelas.

keris bekas darah keris minum darah

gandik liman keris perang

Yang menjadi sisi misterius pada bilah ini adalah banyaknya tanda atau bekas sayatan-sayatan, sehingga timbul berbagai pertanyaan; apakah keris ini dulunya adalah keris piandel dalam sebuah peperangan? supaya pemiliknya diberikan keselamatan dalam peperangan, ataukah cara ini seperti halnya mengadopsi kepercayaan tradisional dengan menyayat pohon dan memberikannya pasak/paku akan mencegah pohon tersebut dihuni golongan makhluk halus? Dengan menyayat keris dimaksudkan untuk menurunkan aura brangas dari keris dan khodam yang menghuni adalah khodam yang baik. Wallahu a’lam… Kami kembalikan semuanya kepada Anda.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :
 

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : 5C70B435  Email : admin@griyokulo.com

————————————

 

4 thoughts on “Pandawa Cinarita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *