Mahar : 18.000.000,- (TERMAHAR) Tn. AHP, SCBD Jakarta
1. Kode : GKO-465
2. Dhapur : Brojol
3. Pamor : Udan Mas
4. Tangguh : Tuban (Abad XVIII)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No : 687/MP.TMII/IV/2021
6. Asal-usul Pusaka : Pekalongan, Jawa Tengah
7. Dimensi : panjang bilah 37,3 cm, panjang pesi 7,5 cm, panjang total 44,8 cm
8. Keterangan Lain : kolektor item
ULASAN :
Hujan turun bukan untuk “mematikan”, tapi untuk menghidupkan. Melalui pamor udan mas, Sang Khaliq ingin mengingatkan kita, bahwa dimana pun kita berada, maka eksistensi kita harus menumbuhkan, membawa berkah dan kebaikan.
BROJOL, Jika beberapa dhapur keris seringkali ditemukan berbagai bentuk perbedaan mengenai ricikan yang menyertainya, tampaknya untuk dhapur brojol semua buku keris baik serat-serat lama hingga buku-buku baru sepakat menuliskan deskripsi yang sama; brojol adalah sebuah keris lurus yang sangat sederhana hanya memakai satu (1) buah ricikan saja, yakni pejetan. Menurut mitos/dongeng keris dhapur brojol bersama dengan dhapur betok pertama kali dibabar oleh mpu Windusarpa pada masa pemerintahan Nata Prabu Kudalaleyan, tahun Jawa 1170.
FILOSOFI, Dhapur Brojol bentuknya sangat sederhana, Dhapur keris lurus, ber-gandhik polos, hanya ada pejetan, tidak ada ricikan tambahan lainnya. Sama halnya dengan dhapur Tilam Upih, boleh dikata merupakan dhapur keris populer dan relatif paling banyak dijumpai di setiap tangguh/era. Kepopulerannya bukanlah tanpa alasan, banyak kepercayaan masih bertahan di masyarakat hingga saat ini, keris-keris yang powerful secara esoteri dipercaya biasanya terdapat di dhapur sederhana (lurus) seperti brojol dan tilam upih, bukan dhapur mewah dengan ricikan kompleks. Alasannya sederhana, karena menurut literatur hampir semua Empu-Empu mumpuni dari zaman Pajajaran hingga Mataram banyak membabar kedua dhapur tersebut dalam karya spiritualnya. Dan keris brojol diyakini sebagai sarana permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar dapat mbrojol (terlepas dengan mudah) dari kesulitan-kesulitan hidup di dunia.
TANGGUH TUBAN, keris-keris Tuban memang identik dengan keris lurus dengan ricikan sederhana (biasanya jarang menggunakan greneng). Kesederhanaan bentuk ini diyakini berkaitan dengan karakter masyarakat Tuban yang lugas dan blak-blakan. Menilik riwayat masa lampaunya Tuban memang sebuah kota tua yang sempat mengalami fase timbul tenggelam dalam perjalanan sejarahnya. Letak geografisnya yang sangat menguntungkan, merupakan modal utama untuk berkembang sebagai kota pelabuhan. Jalan yang memotong dan mudah ditempuh dengan melalui darat menuju ke selatan, zaman dahulu telah menjadikan Tuban pintu gerbang bagi daerah hulu sungai-sungai besar di Jawa Timur, seperti Bengawan Solo dan Brantas. Yang pasti ialah bahwa kedua sungai besar ini, yang menghubungkan timur, barat, dan selatan, benar-benar merupakan faktor yang sangat penting baik secara politik, ekonomi, dan sosial di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kendati Tuban silih berganti menjadi vasal kerajaan-kerajaan besar di Tanah Jawa, namun ternyata keris ciptaan para Empu daerah tersebut menyisakan ciri yang selalu berkesinambungan sepanjang zaman. Tak heran julukan kota Empu sangat tepat diberikan untuk Tuban. Mas Ngabehi Wirasoekadga dalam bukunya ‘Serat Panangguhing Duwung‘, salah seorang abdi dalem mantri pande di Surakarta Hadiningrat, mencatat beberapa empu tangguh Tuban dimana diantaranya; Empu Ki Panekti, Empu Ki Soeratman, Empu Ki Modin, Empu Ki Galatia, Empu Ki Bekel Jati, Empu Ki Supadriya, dan Empu Ni Mbok Sombro.
PAMOR UDAN MAS, merupakan salah satu motif pamor legendaris yang sangat terkenal dalam dunia perkerisan, tidak hanya di pulau Jawa tetapi di daerah-daerah lain, termasuk Malaysia hingga Brunai Darussalam. Keris berpamor udan mas pada dekade tahun-80 an sudah langka dijumpai, apalagi sekarang. Pamor udan mas banyak dicari karena tuahnya sangat dipercaya sebagai sarana yang dapat membuat pemiliknya jadi “bakat kaya”. Orang Jawa menyebutnya ‘kuwat kebandan, urip mapan’ (bakat kaya dan hidup sejahtera). Terlebih, telah banyak kesaksian orang yang kemudian menjadi sukses setelah menyimpan keris dengan pamor udan mas, secara langsung semakin menaikkan pamornya di kalangan kolektor maupun pemburu esoteri dalam dan luar negeri.
Secara khusus pamor udan mas mempunyai ciri-ciri motif seperti titik-titik air hujan yang jatuh ke genangan air. Titik-titik tersebut umumnya tampak seperti bulatan obat nyamuk (puseran) yang menggerombol dengan pola balak lima (212). Antar kelompok bulatan balak lima tersebut ada jeda atau ruang sela, sehingga secara keseluruhan memang memiliki desain estetika yang unik. Pamor udan mas, biasanya terdapat pada bilah keris lurus yang sederhana, dengan badan bilah yang agak rata, seperti dhapur brojol dan tilam upih. Dan dari segi tangguh, untuk keris berpamor udan mas sendiri yang dianggap terbaik adalah tangguh Pajajaran dan Tuban.
perbedaan udan mas drip panas dan drip dingin
Dari segi teknis pembuatannya pamor udan mas merupakan jenis pamor rekan (rekaan) yang sengaja dibuat dan didesain sejak awal. Pamor udan mas sendiri dibedakan menjadi dua type. Pertama, keris pamor udan mas yang tampak halus dan rapi motifnya, biasanya dibuat ketika bilah sudah dingin (tidak berpijar merah) di atas tanah. Oleh karenanya bulatan tetesan hujan emasnya menjadi lebih rapi, teratur dan bersih. Sedangkan pamor udan mas jenis kedua seperti yang terdapat pada bilah keris ini dibuat ketika bilah masih dalam kondisi panas (merah berpijar). Dengan hanya berbekal rasa serta imajinasi dari sang Empu, formasi bulatan hujan mas yang berlapis-lapis itu di-gedhig drip pada kondisi bilah masih berpijar. Tentu saja pola pamor yang dihasilkan sedikit kurang rapi daripada udan mas versi pertama. Hanya saja udan mas drip panas dinilai jauh berkualitas tinggi dibanding drip dingin. Ada perbedaan yang signifikan yaitu hasilnya lebih ekspresif, sesuai rasa, karsa dan cipta sang Empu. Peran dari rasa dituntut lebih total. Hal ini disebabkan oleh imajinasi dan energi saling bersinergi dalam proses penempaan. Meskipun kadang kurang rapi akan tetapi ada semacam jiwa yang mengalirinya.
Di tanah Melayu pamor udan mas disebut sebagai Tapak Hujan Bermas, rahasia keris berpamor tapak hujan bermas adalah untuk keamanan dan kesejahteraan. Selain itu pemiliknya akan dihormati dan disanjung semua golongan. Jika terdapat ketandaan gunungan di pangkalnya untuk tujuan peningkatan derajad dan kehidupan pemiliknya.
Di dalam buku “Pakem Pusaka” Duwung Sabet Tumbak babon asli peninggalan R, Ng Ronggowarsito ternyata pamor udan mas tidak hanya menjadi monopoli kaum saudagar semata, kebanyakan justru menjadi konsumsi kaum priyayi dan gonja-nya pun tak harus berpamor sumberan (wulung). Tuahnya tertulis antara lain: besar wibawanya, banyak rejekinya dan supaya tentram hatinya.
MAKNA & FILOSOFI UDAN MAS, Udan Mas berati hujan emas. Hujan adalah berkah dan kasih sayang yang diturunkan oleh Yang Maha Kuasa untuk alam dan seisinya. Bahkan turunnya hujan dianggap sebagai pertanda baik, seperti kepercayaan masyarakat Tionghoa yang menyebut hujan deras menjelang semarak Imlek bisa mendatangkan berkah dan rezeki berlimpah satu tahun ke depan. Maka bisa dibayangkan dahsyatnya sebuah metafora hujan emas.
Secara simbolis pamor udan mas mengandung arti “subur makmur”, gemah ripah loh jinawi, yang dilukiskan hujan jatuh di hamparan sawah yang menguning laksana hamparan permadani emas, diakhiri dengan sukacita para petani. Masa menuai memijak sejuk lumpur dimulai, membawa padi tuai dan mengisi lumbung-lumbung padi penuh. Padi yang menguning keemasan seakan memberi sebuah buku terbuka untuk dibaca. Hamparan sawah yang menguning subur memberi harapan serta jawaban atas doa maupun ikhtiar akan kecukupan pangan bagi keluarga dan orang banyak (kemakmuran), atau zaman sekarang sering dikaitkan menghasilkan pundi-pundi rupiah (kekayaan). Dan sekaligus rasa syukur atas totalitas perjuangan panjang memeras keringat, rajin yang tidak pernah surut diterpa angin, disengat matahari, dibasahi hujan dalam merawat tanaman padi. Sebuah kesungguhan yang kuat hingga akhir tercapai toto tentrem kerto raharjo atau keadaan yang tentram dan sejahtera.
Dalam sisi kontradiksi, pamor ini juga bisa menjadi sebuah pameling bahwa kemakmuran (gemah ripah loh jinawi) itu bukanlah sesuatu yang kita terima saja sebagai karunia Sang pencipta melalui alam, melainkan sesuatu yang patut diperjuangkan dengan kegigihan kerja untuk terciptanya hidup tentram dan sejahtera (tata tentrem kerto raharjo). Sebab hidup adalah sebuah perjuangan.
GONJO SUMBERAN, adalah pamor yang terletak di bagian gonjo. Bentuknya berupa bulatan berlapis-lapis, paling sedikit tiga lapisan. Hampir serupa dengan pamor winih, pada pamor sumber jumlah bulatan-bulatan yang mirip mata kayu tersebut biasnya berjumlah empat hingga enam buah puseran. Pamor sumber tergolong sangat baik dan banyak sekali dicari orang, karena dipercaya dapat membantu mendatangkan rezeki bak sumber/mata air yang tidak pernah kering, terus mengalir.
CATATAN GRIYOKULO, diantara beberapa keris udan mas yang pernah ada di katalog Griyokulo, menurut penilaian pribadi Penulis, dari sisi teknis pembuatan keris udan mas ini tampak sedikit lebih advance. Pola udan mas yang lebih kompleks itu dapat dilihat pada setiap kelompok balak lima dibungkus atau dikurung dengan lingkaran lebih besar seperti pamor Sumsum Buron, sehingga menghasilkan pamor udan mas yang artistik dengan dilatari pamor pedaringan kebak, istimewanya tidak ada satu bagian pamor yang nerjang landhep dan meski tanpa ikatan lapisan pamor hitam (blok) pamornya tidak udar (lepas). Sehingga jika tidak mencermati betul pamor udan mas ini seolah memang sengaja disandikan dalam pamor pedaringan kebak-nya.
Jika dibayangkan, tentunya juga tidak mudah bagi sang Empu untuk membuat drip pola udan mas (212) di dalam setiap kelompok lingkaran besarnya secara konsisten, terutama saat bilah masih merah berpijar. Bisa saja secara spiritual terkandung tujuan tertentu dengan diniatkannya membuat pola udan mas di dalam bungkus. Mungkin saja tujuan itu adalah mencegah sifat boros, menjaga rezeki yang didapat tidak mudah keluar lagi, menumpuk kekayaan atau hal-hal lainnya. Terdapat pula ketandaan atau pola pamor tiban yang lain di bagian sor-soran yang mirip gunungan. Semakin unik, pada formasi udan mas pertama tepat di atas pamor yang mirip gunungan ternyata polanya tidak membentuk balak lima atau pola 212 seperti pada umumnya, namun membentuk pola 131 atau semacam tanda plus (+), dimana orang biasanya menyebutnya sebagai tapak jalak, sebagai mantram tolak bala.
Secara keseuluruhan bilah udan mas ini masih dapat dikatakan utuh (TUS). Mulai dari bagian pesi yang masih kokoh, sepanjang sisi bilah juga tidak ada yang dibesud, hingga ke bagian ujung panitis masih tampak alami. Perawakan bilah terlihat gagah, birawa (agak panjang), pipih (gaya Pajajaran) dengan berat tantingan sedang mantap untuk digenggam dan bunyi tintingan nyaring, pertanda matang tempa. Meski hasil pewarangan lama tapi masih mampu menampilkan kontras pamor dan besi yang indah. Dan terakhir, warangka bawaan yang ada menggunakan warangka gayaman lawasan dari kayu gaharu dan hulu kemuning werut sudah mulai uzur, mungkin nantinya bisa dipertimbangkan untuk dilakukan penyegaran yang baru, meski tidak wajib. Adapun hal-hal yang menyangkut tuah dan lain-lain, semoga atas ridha Sang Pemberi Nikmat pemilik selanjutnya dapat dimudahkan dan dipantaskan. Aamiin.
Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com
————————————