Mahar : ?,- (TERMAHAR) Tn. V, Cirebon
1. Dhapur : Jimatan Semar Mesem
2. Pamor : Beras Wutah
3. Tangguh : Abad XIX-XX?
4. Asal-usul Pusaka : Sinengker
5. Dimensi : panjang bilah 5,5 cm, lebar ganja 4,8 cm, panjang pesi 3 cm, panjang total 8,8 cm
6. Keterangan Lain : serasah emas, warangka cendana wangi tim-tim
ULASAN :
Mengapa sosok “Semar” selalu dihormati bahkan dicontoh semua orang? padahal ia bukanlah seorang raja namun hanyalah seorang abdi dan seorang wong cilik biasa layaknya kita sebagai rakyat biasa?
JIMATAN SEMAR, Berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme warisan nenek moyang berabad-abad lamanya, banyak diantara masyarakat umum yang masih menyimpan beberapa “cekelan” (barang pegangan) yang dianggapnya mempunyai kekuatan magi serta dapat berpengaruh pada kehidupannya. Barang pegangan yang dipercaya sebagai “sarana pengantar” penyelesaian masalah duniawi oleh orang jawa disebut sebagai jimat (siji kudu dirumat). Jimat dapat dimiliki oleh siapapun, dari masyarakat kalangan bawah sampai atas. Jimat tidak berdasarkan tatanan kelas sosial yang berlaku di masyarakat, namun membentuk tatanan budayanya sendiri. Arus modernisasi rupanya tidak mengurangi antusiasme dari jumlah peminat jimat. Hingga saat ini, jimat masi belum kehilangan eksistensinya. Jimat masih menempati salah satu titik kenikmatan batin bagi orang Jawa. Memiliki benda spiritual yang diyakini mengandung kekuatan tertentu akan dirasa membawa rasa aman dan tenang tersendiri.
Meski bukan termasuk dalam golongan dhapur keris maupun tombak, orang Jawa tetap menganggap jimatan semar (hasil tempa lipat) sebagai tosan aji. Fenomena jimatan Semar ini tergolong sangat unik, hadir dalam beberapa bentuk yang umum dikenal, diantaranya : semar mesem (semar sedang tersenyum), semar kuncung (semar dengan kuncungnya yang panjang), semar lungguh (semar yang sedang duduk/bertapa) dan semar kuning (semar yang terbuat dari kuningan). Dan dari berbagai macam jenis semar yang ada, jenis Semar Mesem bisa dikatakan yang paling istimewa. Bagaimana tidak, jimat satu ini telah lama dipercaya sebagai kunci spiritual dari semua permasalahan yang ada. Entah itu sarana keselamatan, wibawa, kharisma, pengasihan, penglarisan, bahkan masalah pengobatan. Tak pelak banyak orang yang meyakini jika memiliki jimat Semar Mesem ibarat memiliki sebuah kartu truf untuk memenangkan surga di dunia.
Hampir 99% jimatan semar yang beredar di pasar rata-rata hanya merupakan barang ‘kelas koden‘ (dari arti kodian) atau produk yang dijual secara masal untuk keperluan dunia mistik, perdukunan atau segmentasi lain. Kebanyakan hanya berbentuk asal bulat (badan semar) dengan sedikit tonjolan (kuncung) dari bahan besi ala kadarnya hingga remposan besi tua. Adapula yang dibuat dengan cara dituang dalam cetakan sehingga bentuknya hampir seragam. Tidak usah menemukan yang sepuh (menurut Ensiklopedi Keris, baru mulai pertengahan abad ke-19 semar dimasukkan dalam budaya tosan aji), menemukan jimatan semar yang memang sedari awal dibabar dengan ritual ketat selayaknya sebuah tosan aji hampir merupakan angan angan. Keberadaannya bak mitos saja, begitu meleganda namun miskin bukti nyata.
Didapatkan penulis melalui ijol-ijolan (barter) dengan sebilah keris dari seorang kawan di Jakarta, yang menurut penuturannya Semar Mesem ini merupakan eks pegangan seorang pejabat ketika masih muda (ketika ditanya sungkan untuk menyebut nama, karena terikat sebuah janji). Namun sebenarnya penulis lebih tertarik dari sisi garapnya, terutama dalam segi tatanan full pamor yang tidak nerjang landep, pertanda tempa-lipatnya benar-benar diperhitungkan. Dan sesuai dengan namanya, mempunyai ornamen inti yang terlihat digarap dengan detail, menggambarkan sosok Semar yang membuka sedikit mulutnya seolah sedang ‘mesem’ (tersenyum). Jika dipandang-pandang sosok semar terasa hidup, menebarkan ketenangan jiwa (adem).
Jimatan ini mungkin bisa dikatakan mirip sebilah keris, karena memiliki bentuk simetris dan ‘seretan garis” di bawah bagian kaki semar, seolah dimaksudkan sebagai ganja sepang iras. Namun tidak seperti keris pada umumnya yang meliuk atau lurus dengan pucuk lancip karena panjangnya hanya sekelingking saja. Tak cukup sampai disitu, terdapat serasah dari emas (lawasan) yang sudah diuji menggunakan batu uji dan cairan uji. Serasah itu selain di bagian mata, telinga, gelang tangan dan kaki serta bagian jarik juga membentuk rajah kaligrafi takbir Allahu Akbar di kedua sisinya. Seolah akan selalu menguatkan batin pemiliknya untuk tidak perlu takut atau kuatir dalam hidup karena engkau mempunyai Allah yang lebih besar dari segala masalahmu. Warangka yang ada pun sangat unik, berbentuk patran (daun) seukuran genggaman tangan. Nyaman untuk digenggam kemana-mana. Semakin istimewa karena terbuat dari cendana tim-tim yang tersohor wanginya. Menandakan benar-benar dimulyakan oleh pemilik sebelumnya.
Dalam setiap cerita yang bergulir, sosok Semar seolah membawa jaminan, yakni : “barangsiapa didampingi tokoh Semar, hidupnya tidak akan goncang melainkan mukti, suci murni, dan tidak diliputi sifat kemunafikan”. Ketika situasi sosial, ekonomi dan politik jagat kehidupan manusia mulai ditimpa kekacauan, tokoh Semar akan muncul secara tiba-tiba. Pemunculan Semar yang wujud fisiknya bisa dalam berbagai ragam, mencerminkan sedang terjadinya kemelut politik dan ekonomi yang gagal diatasi oleh manusia. Hadirnya sang Semar berarti kekacauan itu segera akan berakhir.
Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com
————————————
Klu sarungnya sama pegangannya aja berapa yaa hargannya