Hulu Punakawan Dawala

Harga : 750,000,-(TERJUAL) Tn. J, Bandung


 

  1. Perabot : Hulu dan Mendak
  2. Model : Punakawan Dawala (Petruk) Pesisiran (primitif)
  3. Bahan : Kayu hitam
  4. Dimensi : Tinggi 14 cm, lebar atas 5 cm, lebar bawah 3 cm
  5. Keterangan Lain : kuno kondisi baik, meskipun primitif tapi sangat langka

Ulasan :

PUNAKAWAN, Jika berbicara tentang Punakawan tentu saja tidak dapat terlepas dari wiracarita Mahabarata dan Ramayana. Sebenarnya Punakawan tidak termasuk dalam naskah asli yang ditulis oleh Walmiki dan Begawan Abyasa, karena Punakawan memang pertama kali ditampilkan oleh Mpu Panuluh yang hidup dalam masa Sri Jayabhaya kerajaan Kediri, dalam karyanya Gatotkacasraya yang merupakan gubahan dari Mahabarata. Tokoh-tokoh Punakawan generasi pertamanya sendiri bernama Jurudyah, Punta dan Prasanta. Pada masa selanjutnya, tepatnya pada era kerajaan Majapahit, para tokoh-tokoh Punakawan generasi pertama ciptaan Mpu Panuluh dikembangkan lagi, pada masa inilah diciptakan seorang tokoh bernama Semar. Untuk menjaga kaitannya dengan generasi sebelumnya, maka tokoh Semar ini pun disebut juga dengan nama Jurudyah Puntaprasanta. Tokoh Semar pertama kali muncul dalam cerita Sudhamala.

Selanjutnya para tokoh-tokoh Punakawan tersebut bukan hanya berkembang di Jawa saja, melainkan juga di berbagai daerah lainnya di Sunda dan Bali. Tokoh-tokohnya pun disesuaikan dengan budaya lokal setempat. Untuk pewayangan di tatar Pasundan, tokoh-tokoh Punakawan-nya menggunakan Semar, Cepot (Astrajingga), Dawala dan Gareng. Pewayangan Jawa Tengah memakai tokoh-tokoh Semar, Nalagareng, Petruk dan Bagong sebagai pengasuh ksatria serta Togog dan Bilung sebagai pengasuh raksasa. Daerah Jawa Timuran hanya memakai tokoh Semar dan Bagong saja. Sedangkan Bali memakai Tokoh Tualen dan Merdah untuk pengasuh para ksatria serta Delem dan Sangut sebagai pengasuh golongan raksasa.

Punakawan berasal dari kata Puna yang berarti paham dan Kawan yang berarti teman. Dapat dikatakan bahwa Punakawan berarti teman yang memahami. Jika dikaitkan dengan cerita yang mengiringinya, maka Punakawan ini adalah abdi setia yang paham dan mengerti akan berbagai kesulitan dan masalah yang dialami oleh para tuannya.

DAWALA, dalam pewayangan jawa Dawala bernama Petruk. Dawala merupakan anak kedua dari Semar Badranaya dan Sutiragen, yang merupakan adik Cepot dan kakak dari Gareng. Dengan ciri khas berhidung panjang Dawala selalu setia menemani kakaknya kemana pun pergi.  Dawala mempunyai sifat yang lebih bijak dari pada kakaknya, Cepot. Dia tidak mudah marah dan senantiasa menjadi peredam bila kakaknya marah. Namun dia tidak akan segan untuk membela kakaknya jikalau itu untuk membela kebenaran.

Dawa artinya panjang, dan La, artinya ala atau jelek. Sudah panjang, tampilan fisiknya jelek. Wujudnya tidak proporsional, jauh dari postur ideal seorang manusia. Hidung kelewat panjang, lengan yang menjulur kebawah melampaui lutut, badan kurus tapi perutnya buncit, wajah tirus mulut lebar hampir menyentuh telinga. Namun jangan gegabah menilai, karena Dawala adalah jalma tan kena kinira, biar jelek secara fisik tetapi ia sosok yang tidak bisa diduga-kira. Gambaran ini merupakan pralambang akan tabiat Dawala yang panjang pikirannya, artinya tidak grusah-grusuh (gegabah) dalam bertindak, ia akan menghitung secara cermat untung rugi, atau resiko akan suatu rencana dan perbuatan yang akan dilakukan.

Dawala, juga menggambarkan adanya pertalian batin antara para leluhurnya di kahyangan (alam kelanggengan) dengan anak turunnya yang masih hidup di mercapada. Dawala selalu mendapatkan bimbingan dan tuntunan dari para leluhurnya, sehingga Dawala memiliki kewaskitaan mumpuni dan mampu menjadi abdi dalem  sekaligus penasehat para kesatria.

Kanthong Bolong, adalah laku hidup Dawala. Dawala justru merasa kaya ketika tidak punya apa-apa. Semuanya diberikan kepada orang lain, kantongnya menjadi kosong, karena itulah dia dijuluki Kantong Bolong, sudah merasa kaya dengan kantong tanpa isi. Seluruh hidupnya dicurahkan untuk mengabdi raja-raja besar. Dari sejak Rama penguasa Ayodya, Abiyasa ketika bertahta di Hastinapura, sampai jaman Pandu Dewanata, kemudian mengabdi Arjuna, sampai Abimanyu, dan jaman kejayaan Parikesit. Pengabdiannya bukanlah pengabdian buta, karena pengabdian yang sesungguhnya dia curahkan kepada kehidupan dan Sang Pencipta. Petruk tak segan-segan menegur tuan-tuannya bila dari penglihatannya, para raja itu dianggap melakukan kesalahan.

Ditawarkan sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera


Contact Person :
 

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : D403E3C3  Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *