Sempana Blambangan

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 7,777,777,- (TERMAHAR) Tn.Tn. PR Kotabaru, Kalimantan Selatan


 
  1. Kode : GKO-242
  2. Dhapur : Sempana
  3. Pamor : Junjung Derajat
  4. Tangguh :  Blambangan (Abad XIII)
  5. Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 565/MP.TMII/X/2017
  6. Asal-usul Pusaka : Kolektor Palembang
  7. Keterangan Lain : tangguh langka, pamor buruan kolektor

 

Ulasan :

SEMPANA, berasal dari isitilah Su yang berarti ‘besar’, Pono yang artinya ‘mengerti atau sangat paham’. Keris sempana dalam Serat Centini cocok dikenakan oleh mereka yang masih muda dan gemar mengembara menuntut ilmu guna mencapai tujuan hidup.

FILOSOFI – Luk Sembilan. Angka sembilan tampaknya mempunyai bobot linuwih tersendiri bagi penduduk Nusantara umumnya dan khususnya bagi masyarakat Jawa. Angka ini seringkali dihubungkan dengan sejarah wali sanga (wali sembilan) pada awal masuknya islam di pulau Jawa dan hingga kini menjadi simbol bintang kebanggaan kaum Nahdliyin (NU). Pada budaya tosan aji semisal kujang, kujang ciung dengan mata sembilan juga dianggap memiliki kedudukan paling tinggi dimana eksklusif menjadi milik Raja dan Brahmesta (Pandita Agung Nagara). Untuk keris sendiri, lekuk sembilan seringkali disimbolisasikan sebagai keris dhapur jigja sebuah simbol keperwiraan, dimana manusia hidup itu harus mempunyai jiwa perwira, untuk berjuang mengatasi segala tantangan dalam diri maupun dari luar.

Angka sanga (sembilan) yang menandakan tempat nafsu manusia berkumpul (babakan hawa sanga) atau sembilan lubang dalam tubuh manusia yang menandakan nafsu manusia. Dari sembilan lubang itu pula keluar hal-hal yang buruk dari dalam tubuh kita. Dua lubang telinga (jika kebanyakan akan tergelincir mendengar pembicaraan yang seharusnya tidak didengar; menguping; yang keluar dari lubang ini adalah kopok atau kotoran telinga kita); dua lubang mata (jika kebanyakan akan tergelincir melihat hal-hal yang seharusnya tidak dilihat; dari lubang ini keluar blobok atau kotoran mata); dua lubang hidung (jika kebanyakan akan tergelincir menghirup hal-hal yang seharusnya tidak dihirup; misal narkoba hingga menjadi pecandu; yang keluar dari lubang ini adalah umbel atau ingus); mulut (jika kebanyakan bicara bisa saja menyakiti hati orang lain; mulutmu harimaumu; lisan harus dijaga; lebih baik diam jika tidak mengerti suatu perkara; yang keluar dari mulut biasanya adalah dahak); lubang kemaluan (jika tergelincir akan menimbulkan aib; misal hubungan badan yang belum halal; yang keluar dari lubang ini adalah air mani, haid, serta air kencing); dan yang terakhir lubang dubur (jika tergelincir akan menyebabkan sebuah hubungan seksual yang tidak sehat atau tidak seharusnya terjadi; yang keluar dari lubang ini adalah kotoran manusia). Jika tidak berhati-hati pada filosofi angka sembilan ini, manusia akan celaka hidup di dunia.

 

TANGGUH BLAMBANGAN, adalah salah satu tangguh legendaris yang jarang dijumpai dan terkenal dengan wasuhan pamor ngawat miring-nya. Kerajaan Blambangan adalah kerajaan yang berpusat di ujung paling timur pulau Jawa (Banyuwangi dan sekitarnya). Blambangan dianggap sebagai kerajaan bercorak Hindu terakhir di Pulau Jawa. Keris-keris tangguh Blambangan umumnya pasikutan-nya berkesan demes dan serasi, besinya keputihan, pamornya nggajih dan pandes. Ukuran bilahnya sedang, ujungnya tidak terlalu runcing. Gandik-nya pendek dan miring, gonjonya sebit rontal dengan sirah cecak pendek. Empu terkenal pada jaman Blambangan menurut Serat Panangguhing Dhuwung antara lain Empu Ki Mendung. Ki Tembarok, Ki Supagati, dan Empu Pangeran Pitrang.

 

PAMOR JUNJUNG DERAJAT, pamor ini telah tertera dalam Manuskrip Darma Kapandean era Kediri, selain itu dijumpai pada Manuskrip Serat Pamor, Serat Wesi Aji dan Kitab Centhini. Secara harafiah berarti mengangkat derajat kemuliaan dimana memiliki motif gambaran pamor seperti bentuk segitiga yang mengarah ke atas atau seperti anak panah yang mengarah pada satu sisi (atas). Pamor ini tergolong pamor rekan atau direka oleh empu pembuatnya dengan penerapan teknik pamor miring. Sesuai dengan namanya, sebagian besar pecinta keris percaya bahwa pamor Junjung Derajat memiliki tuah yang dapat membantu karir pemiliknya dan menaikkan derajadnya menjadi ‘orang besar’. Tidaklah mengherankan pamor ini menjadi salah satu jenis pamor yang sudah terkenal dari jaman dahulu ini banyak digemari dan dicari sehubungan dengan kepercayaan akan taksu pamor tersebut oleh para pejabat, pegawai pemerintahan, hingga anggota polri/militer untuk dijadikan piyandel penunjang derajat kepangkatan. Pamor Junjung Derajat tergolong jenis pamor yang relatif langka dijumpai, dan tergolong tidak pemilih dalam arti cocok dikenakan oleh siapapun tanpa melihat usia ataupun strata sosial tertentu.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :
 

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : 5C70B435  Email : admin@griyokulo.com

————————————

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *