Mahar : 4,500,000,-(TERMAHAR) Tn. N Gambir, Jakarta Pusat
- Kode : GKO-184
- Dhapur : Dholog
- Pamor : Dwi Warno (Banyu Tetes & Kulit Semangka)
- Tangguh : Mataram Abad XIV
- Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 570/MP.TMII/X/2016
- Asal-usul Pusaka : Jakarta
- Keterangan Lain : ganja wulung, branggah jogja pendok perak lamen
Ulasan :
DHOLOG, adalah salah satu bentuk dhapur keris luk lima. Ukuran panjang bilahnya sedang. Keris ini memakai gandik lugas, sogokan rangkap, tikel alis dan sraweyan. Ricikan lainnya tidak ada.
FILOSOFI, Dholog berasal dari bahasa sansekerta yang artinya pohon jati. Mengapa Pohon Jati begitu menarik? Sehingga sang alam begitu mengilhami para leluhur kita untuk melekatkan simbol-simbol alam dalam karya mereka, termasuk keris.
Jati memang bisa tumbuh pada tanah yang tandus sekalipun dan bisa bertahan hidup pada lokasi dengan curah hujan yang sangat rendah. Dari Pohon Jati kita bisa belajar Jati-ning Urip (arti kehidupan), bahwa untuk menjadi manusia yang hebat harus melewati masa-masa tersulit di dalam hidup sehingga kita akan menjadi pribadi yang kuat dan indah disitulah menunjukan kualitas kita. Dan dimanapun dan apapun kondisi tidak bersahabatnya lingkungan masih terbesit harapan yang menyajikan kesempatan.
Pohon jati menyesuaikan diri dengan cara menggugurkan daunnya saat musim kemarau. Jati yang tumbuh dengan gagah dan kuat ternyata tidak egois dan sangat toleran terhadap tumbuhan kecil di sekelilingnya dengan memberikan ruang tumbuh pada tanaman lain untuk berkembang pada separuh dari hidupnya. Apakah kita mampu memberikan separo hidup kita untuk berkembangnya orang lain? seperti jati yang gugur daun pada musim kemarau dan tumbuh lagi pada musim hujan. Sebesar apapun kita selayaknya memberikan ruang untuk berkembangnya orang lain dibawah kita.
Banyak manfaat yang bisa manusia peroleh dari pohon jati, seperti batang kayunya yang kuat dan tahan lama untuk membuat rumah, ranting untuk kayu bakar, bahkan arang dari kayu adalah jati salah satu yang terbaik karena menghasilkan panas tinggi jaman dahulu digunakan untuk menggerakkan loko uap dan untuk menempa sebuah tosan aji. Daunnya juga bisa dimanfaatkan untuk pembungkus yang menjadikannya terasa lebih nikmat hingga sebagai minuman herbal, bahkan serangga yang menumpang hidup (ulat jati, kepongpong dan belalang) bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Artinya seluruh potensi hidup kita harus bermanfaat bagi semua orang di sekeliling kita walaupun diri kita terbatas sumber dayanya. Kendatipun ada benalu atau yang memanfaatkan kita, harus kita yakini bahwa mereka juga bermanfaat bagi orang lain.
Untuk sampai usia tebang ideal, jati membutuhkan waktu paling tidak 40 tahun, bahkan di jawa Timur dan Jawa Tengah daur hidup Jati mencapai 60 tahun dan ada yang 80 tahun. Boleh dikatakan kayu jati yang kita gunakan saat ini adalah kayu-kayu yang ditanam oleh pendahulu kita, yang mungkin sekarang sudah tidak bersama kita di dunia ini lagi. Dan apabila kita menanamnya sangat dimungkinkan tidak ikut menebangnya kemudian. Ini mengajarkan kepada kita bahwa kita harus menghargai jerih payah pendahulu kita dalam menyiapkan kebahagiaan atau jalan hidup kita dan begitupun selanjutnya kita harus menyiapkan yang terbaik untuk generasi berikutnya.
TENTANG TANGGUH, Bilah ramping, tantingan ringan, tarikan luk rata (simetris), pejetan lebar, tikel alis menerabas, sogokan depan dan belakang tampak lebar dan sedikit tegak masih terbawa era atau tangguh sebelumnya yakni Majapahit, tetapi lebih masuk digolongkan keris Mataram karena apabila kita tengok dari bagian samping yakni pada bagian atas sogokan (puyuhan) dan bebel, pada bagian tersebut tampak akan lebih cembung khas Mataram. Begitu juga dengan material besi dan bajanya cenderung ke era sebelum Mataram Sultan Agung. Seperti kita ketahui bersama era sesudah Mataram Sultan Agung menggunakan besi-besi modern, dimana slorok atau ati baja sebagai penguat akan lebih mudah terlihat dan dibedakan karena kekontrasan warna. Pamor jwalana (tiban) tampak cemerlang menghias terjadi dengan sendirinya tidak sengaja direncanakan sang Empu. Beberapa titik Akhodiyat (lebih terang atau cemerlang) bisa ditemukan diantaranya. Tempaan yang ada juga tampak rapat berserat, dipercantik dengan gonjo wulung yang nyebit rontal (biasanya gonjo yang melandai di bagian ekornya berasal dari tangguh lebih muda) mewujudkan penampilan keris yang indah dan menarik hati.
Warangka ladrang model yogyakarta yang lazim disebut branggah terbuat dari kayu timoho dan pendok bunton perak (disebut Pendok Bunton karena pendok ini menutup seluruh bagian gandar dari warangka) lamen bawaan sebelumnya, masi sangat terjaga kondisinya. Dari sisi garap pun masih terlihat memperhatikan pakem, dimana salah satu ricikan gandek atau ri pandan masi terdefinisi jelas di warangka. Juga trep antara bilah dengan lubang warangka cukup presisi, tidak terdapat tambalan. Sangat seimbang dan serasi dengan bilahnya sendiri.
DWIWARNA, dalam dunia perkerisan di Pulau Jawa merupakan istilah untuk menunjuk keris yang satu sisi bilahnya memiliki dua macam motif pamor yang berlainan. Misalnya pada bilah ini terdapat motif banyu tetes dan kulit semangka.
BANYU TETES, gambaran pamor tetesing warih atau tirta tumeter atau juga disebut banyu setetes serupa dengan pamor wos wutah. Namun diantara sela-sela garis pamor terdapat banyak bulatan-bulatan kecil. Bulatan atau lingkaran itu tidak rata ukurannya, ada yang besar adapula yang kecil, ada yang tersusun sampai tiga lapis, namun ada juga yang tidak merupakan susunan lingkaran. Bulatan-bulatan pada pamor tetesing warih, terkadang tidak bulat benar, ada yang agak gepeng, ada yang mencong. Namun karena adanya bulatan-bulatan itu, banyak orang yang menyangka bahwa itu pamor Udan Mas. Pamor Tirta Tumeter yang artinya tetesan air. Rejeki yang lumintu, walaupun sedikit demi sedikit tetapi selalu ada saja. Itulah yang utama tuah dari Banyu Tetes.
KULIT SEMANGKA, sepintas lalu memang tampak seperti kulit dari buah semangka, tuahnya memudahkan mencari jalan rejeki dan si pemilik akan mudah bergaul dengan siapa saja dari golongan manapun.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : 5C70B435 Email : admin@griyokulo.com
————————————