Sabuk Inten

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 4,500,000,- (TERMAHAR) Tn. DH  Tuban


  1. Kode : GKO-231
  2. Dhapur : Sabuk Inten
  3. Pamor : Beras Wutah
  4. Tangguh : Mataram Abad XVII
  5. Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 434/MP.TMII/VI/2017
  6. Asal-usul Pusaka : Jakarta
  7. Keterangan Lain : sudah dijamas dan diwarangi, greneng wutuh

Ulasan :

SABUK INTEN, adalah salah satu bentuk dhapur keris luk sebelas. Ukuran panjang billahnya sedang, permukaan bilahnya nglimpa. Keris ini memakai kembang kacang, lambe gajah-nya ada dua. Ricikan lain yang terdapat pada keris Sabuk Inten adalah sogokan rangkap, sraweyan, dan ri pandan atau greneng. Ada juga keris dhapur lain yang bentuknya amat mirip dengan dhapur Sabuk Inten, yaitu dhapur Carita Keprabon. Jumlah luknya juga sebelas. Ricikan lainnya juga hampir sama, kecuali pada ricikan gusen. Carita Keprabon memakai gusen dan lis-lisan, sedangkan keris Sabuk Inten tidak.

Nama Dhapur Sabuk Inten menjadi terkenal sejak tahun 1970-an, karena disebut-sebut dalam buku cerita silat Jawa berjudul Nagasasra Sabuk Inten, karya S.H Mintardja. Dua keris ini disebut-sebut sebagai warisan zaman Majapahit. Keduanya bahkan sering disebut dalam satu rangkaian Nogososro-Sabuk Inten. Tak lain karena kedua keris ini diyakini sebagai sepasang lambang karahayon atau kemakmuran sebuah kerajaan. Nogososro mewakili wahyu keprabon yang hilang dari tahta Demak dan Sabuk Inten mewakili kemuliaan dan kejayaannya. Naga sasra sabuk inten bukan sekedar pusaka berwujud keris, tetapi sebuah lambang kehidupan pengembaraan manusia yang memburu kesempurnaan sejati dalam kehidupan di dunia. Namun di zaman modern seperti sekarang, keris berdapur Sabuk Inten lebih menarik minat seseorang untuk memilikinya. Tak lain karena keris tersebut diyakini bisa melancarkan rejeki dan mendatangkan kemuliaan. Hampir semua kolektor memiliknya, termasuk Penulis sendiri.

Kangjeng Kiai Toya Tinambak, Membicarakan keris luk 11 kita akan teringat dengan kisah heroik Panembahan Senopati dengan pusaka Ageman-nya, Keris Kanjeng Kiai Toya Tinambak. Pusaka ini adalah salah satu saksi dari kebesaran yang dijalani oleh Sutawijaya, menuju puncak keemasannya: mendirikan keraton sendiri dan mengalahkan kekuasaan ayah angkatnya Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Disebut-sebut dalam banyak babad atau cerita kuno, kemasyuran Panembahan Senopati tidak bisa dilepaskan dari pusaka ageman-nya ini yang beliau dapatkan dari trah Pengging (awalnya ageman Ki Ageng Pengging) sejak beliau masih memakai nama Raden Ngabehi Loring Pasar. Meski bentuknya sangat sederhana, namun pusaka dengan dhapur luk 11 , tangguh Pengging dan pamor beras wutah ini sangat diyakini piandelnya oleh Panembahan Senopati. Bahkan, banyak yang percaya, keris itulah yang menghantarkannya menjadi Raja di tanah Jawa, dari yang bukan apa-apa hingga menjadi wong agung ing ngeksiganda. Dan hal itu menjadi terbukti ketika berperan sebagai pendiri dinasti Mataram, Panembahan Senopati mampu menyatukan seluruh wilayah pulau Jawa. Sementara dalam cerita kuno yang lain disebutkan, luk 11 yang ada dalam keris itu juga mencerminkan karakteristik Panembahan Senopati sekaligus selaras dengan perjalanan hidupnya yang penuh dengan liku. Anak Ki Ageng Pemanahan ini memang dikenal cerdik sebagai politikus, karena pandai menangkap moment dan ahli strategi. Maka tidak mengherankan, ketika terjadi geger Kartosuro yang menyebabkan banyak raibnya pusaka keraton, keris Kanjeng Kiai Toya Tinambak termasuk salah satu pusaka yang banyak dicari, sebab generasi Senopaten menganggap keris tersebut memilki tuah tentang keluhuran seorang Pemimpin Besar atau Raja.

FILOSOFI, Bentuk Sabuk Inten menurut serat Centhini artinya adalah permata yang sangat indah, maksudnya adalah hati manusia sendiri. Adapun rahasia maknanya adalah bahwa kemuliaan manusia itu sudah ditentukan, tinggal meraihnya saja dengan cara memperhatikan tata krama (norma dan moral) yang berlaku. Sabuk Inten mengingatkan pemiliknya untuk senantiasa hidup dalam kesadaran, bahwa hidup adalah (se) welas/belas kasih Allah, lingkungan dan orang tua (luk 11). Oleh karena itu manusia perlu juga memancarkan belas kasih Allah kepada sesamanya. Berdasar pemahaman ilmu tanda (semiotik) manusia yang mampu menjadikan belas kasih sebagai sabuk kehidupan, maka ia akan berhasil menempuh kehidupan. Luk 11 pada intinya merupakan lambang kedinamisan dan semangat pantang menyerah untuk menggapai tujuan.

TANGGUH ERA MATARAM, bentuknya ‘manis’ dan masih sangat wutuh, orang perkerisan akrab menyebutnya TUS. Tanpa harus didebat lagi sabuk inten ini sanggup menampilan aura kemewahan, kecantikan sekaligus kegagahannya di masa lampau. Berperawakan ramping membawa karakter majapahit, dengan luk yang masuk ke rengkol (dalam) dengan tarikan luwes yang nampak semakin ke atas semakin rapat. Sekar kacang-nya tampak lebih kecil daripada sekar kacang tangguh Mataram pada umumnya.  Bentuk sekar kacang seperti ini justru banyak dijumpai pada keris tangguh Pengging. Ditambah dengan keunikan lain berupa jalen dua dan lambe gajah dua, berpadu dengan bentuk sirah cecak yang seolah memiliki dagu yang panjang (orang jawa menyebutnya mecucu). Bentuk pejetan lebar dan dalam terkesan kandas waja, diikuti bentuk sogokan rangkap-nya yang panjang menghasilkan janur yang tipis dan tajam. Besinya tampak hitam dan berkesan basah. Bentuk gonjo-nya nyebit rontal melandai ke bawah khas era-era Mataram, tentu saja dengan berkah keistimewaan bentuk greneng (ron dha) lebar yang masih sangat wutuh dan terbaca karakter huruf jawa dha-nya.

greneng wutuh

Apabila kita tarik dengan menggunakan dari bagian pesi naik ke ujung tengah sogokan (puyuhan/bebel) dan diteruskan ke ujung wilah (panitis) masih tampak presisi bertemu dalam satu garis lurus. Dari perhatian lain, pengukuran dari sudut kemiringan sisi dalam gandik (garis pejetan), apabila ditarik garis lurus akan berpotongan dengan pucuk sogokan, pertemuan itu terdapat pada posisi puyuhan (yang jika dilihat dari sisi samping akan tampak lebih cembung). Demikian juga dari sudut kemiringan luar gandik, akan sejajar dengan wadidang depan dan memotong pertengahan lekukan antara luk ke 2 (dua) dan luk ke 3 (tiga) atau menemukan titik singgung luk 2 dan 3. Artinya rancang bangunnya memang telah secara sengaja menggunakan standar pakem pethung rumit untuk memenuhi estetika secara teknis.

Seolah ada perkawinan berbagai karakter tangguh pada Sabuk Inten ini, mulai dari style gandhik Madiun berpadu dengan kembang kacang rasa Pengging dengan besi dan garis-garis pamor membawa kejayaan Senopaten dalam rancang bangun Mataram. Bagian warangka sepertinya sudah tidak ada Pekerjaan Rumah kembali, motif serat kayu trembalo lurik-lurik (bergaris) yang kalem dipadukan dengan pendok blewah dengan ilat-ilatan kulit domba batik sudah mampu mendukung status penyandang pusakanya.

PAMOR BERAS WUTAH, gemah ripah loh jinawi (tentram, makmur, dengan kekayan alam berlimpah). Kemakmuran pada zaman dahulu salah satunya ditandai dengan hasil panen yang berlebih, mengilhami para empu untuk memberi nama Beras Wutah pada pamor keris hasil karyanya. Pamor ini adalah salah satu jenis yang paling banyak dibuat sehingga saat ini adalah jenis pamor yang paling banyak diketemukan. Secara fisik pamor Beras Wutah memperlihatkan motif butiran beras tumpah, adalah pamor tiban dihasilkan oleh penempaan Empu yang dalam proses pembuatannya Ia bekerja sambil berdoa, sabar dan menyerahkan hasil dari tempaannya kepada kehendak Tuhan (ikhlas). Secara filosofis, Beras Wutah menggambarkan kondisi, harapan dan keinginan sang pembuat keris, sehingga Beras Wutah kerap dihubungkan dengan keinginan untuk mendapat hasil panen melimpah, atau kehidupan yang lebih makmur. Di masa sekarang berarti rejeki dan penghasilan yang melimpah.

………………………………………… – UNTUK SEBUAH KEMULIAAN DAN SPIRIT PANTANG MENYERAH

 

Dialih rawatkan sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
 

Contact Person :
 

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : D403E3C3 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *