MAHAR : Rp.3,333.333 ,-(TERMAHAR) Tn. AV Samarinda
- Kode : GKO-161
- Dhapur : Sombro
- Pamor : Beras Wutah
- Tangguh : Pajajaran Abad XII
- Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 380/MP.TMII/VIII/2016
- Asal-usul Pusaka : Dieng, JawaTengah
- Keterangan Lain : hulu dari tulang (tanduk rusa), terdapat sedikit korosi
Ulasan:
SOMBRO, EMPU NI MBOK, adalah seorang empu wanita, berasal dari kerajaan Pajajaran, sekitar abad ke-10. Bagi sebagian masyarakat perkerisan, keris-keris buatan Ni Mbok Sombro umumnya dikenal mempunyai kekuatan gaib untuk membantu wanita yang melahirkan anak, penyembuhan penyakit, menghindarkan hama tanaman, menjaga keselamatan dan ketentraman.
Bentuk keris-keris buatannya sederhana. Ukuran bilahnya tidak panjang; kebanyakan hanya sejengkal saja. Dan semuanya merupakan keris lurus; tak ada yang memakai luk; pamornya sederhana, tetapi besinya selalu tergolong pilihan.
Keris buatan empu wanita ini paling banyak ber-dhapur brojol. Penampilan kerisnya tidak cantik, terlalu sederhana bentuknya, tetapi serasa memiliki kesan atau aura misterius tersendiri. Besinya padat, tempaannya matang. Banyak diantaranya yang tergolong keris pejetan, yaitu yang permukaan bilahnya terdapat lekukan-lekukan, seolah bekas pijitan tangan. Beberapa keris buatan Ni Mbok Sombro memakai gonjo iras (menyatu).
Menurut cerita, Empu Ni Mbok Sombro setelah terkenal di Pajajaran dan karena alasan dinamika politik yang ada, memutuskan untuk hijrah ke Tuban, yang waktu itu menjadi bandar penting di Pulau Jawa. Di daerah Tuban ini salah seorang anaknya, yakni Empu Ki Gede juga ikut membuat keris. Dalam literatur buku-buku perkerisan kuno sering disebut Ki Gede Gunung Tawang, karena ia kemudian tinggal di daerah Tawang, Semarang, sekaligus untuk membedakan nama dengan Empu Ki Gede Pamekasan Madura.
Menurut cerita tutur yang tersebar di masyarakat perkerisan di Pulau Jawa, Empu Ni Mbok Sombro mempunyai cara yang khas dalah me-nyepuh keris-keris buatannya. Konon, bila keris telah selesai dibuat dan akan di-sepuh, keris tu dibakar hingga merah membara, kemudian bilah membara tersebut dijepit diantara kemaluannya. Cara ini disebut sepuh wewadi. Dalam bahasa Jawa, wewadi adalah kata padanan untuk alat kelamin.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : 5C70B435 Email : admin@griyokulo.com
————————————