MAHAR : Rp. 5.555.000,(TERMAHAR) Tn. A Terengganu
- Kode : GKO-90
- Dhapur : Kebo Lajer
- Pamor : Banyu Tetes
- Tangguh : Pajajaran Abad XII
- Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 322/MP.TMII/XII/2015
- Asal-usul Pusaka : Klaten, Jawa Tengah
Ulasan :
Keris serta tosan aji diyakini berasal dari budaya agraris. Setidaknya, bentuknya diilhami dengan bentuk-bentuk tumbuhan dan binatang yang akrab dengan kehidupan masyarakat agraris. Sejak munculnya keraton Pajang yang berlokasi di pedalaman, praktis ekonomi keraton tak lagi mengandalkan hasil kelautan dan perdagangan dengan pihak luar. Hasil pertanian dan perkebunan menjadi sektor penopang keuangan Keraton. Bahkan di keraton Kasunanan Surakarta kini bahkan tersimpan unsur agraris yang tetap hidup, yaitu adanya peliharaan kerbau bule. Babad Tanah Jawi menyebut peristiwa Geger Pacinan. Rusaknya kraton di Kartasura, dianggap merupakan tanda hilangnya landasan kosmogonis kraton sebagai sentrum kekuasaan, sehingga perlu dibangun kraton baru. Pada zaat zaman PB II hendak mencari lokasi baru untuk keratonnya, maka dilepaskanlah Kanjeng Kiai Slamet. Kerbau keramat itu ternyata berhenti di desa Sala, di dekat Bengawan Solo. Barangkali Raja meyakini, naluri binatang yang selalu menjadi alat bantu pengolah sawah itu bisa menangkap aura tanah yang baik. Kerbau akan berhenti dan cenderung enggan pergi dari tempat nyaman. Percaya atau tidak keberadaan kerbau di lingkungan keraton, menjadi saksi nyata bahwa Keraton Mataram contohnya dibangun dengan landasan jiwa dan pikiran agraris.
Meski terbilang dhapur keris lurus yang sederhana, keris kebo lajer memiliki penggemar dan pecinta fanatiknya sendiri karena dipercaya dapat menjadi piandel, Kebo Lajer (Kerbau jantan) adalah lambang akan ketangguhan dalam artian mampu untuk bekerja keras menjadi tulang punggung keluarga , dan penarik (Rejeki) juga bisa diartikan sebagai lambang kemakmuran.
Salah satu keunikan dari keris Kebo Lajer ini adalah pada bagian sor-soran terdapat relief cah angon (gembala) membawa cemeti mirip batang tumbuhan sedang menggembalakan kerbau jantannya. Pada sisi bilah yang menghadap ke kiri, relief kebo dan cah angon masih tampak jelas, sedangkan pada sisi sebaliknya (menghadap ke kanan) relief yang ada sudah tampak pudar. Dari segi pembuatan relief ini sangat dimungkinkan disusulkan setelahnya (bukan sejaman) dengan teknik etsa. Menghias keris dengan proses etsa dilakukan dengan cara membuat profil yang dikehendaki pada permukaan bilah keris dengan cairan malam (lilin untuk menggambar kain batik) kemudian direndam dengan larutan khusus (belerang, garam) yang mempunyai sifat asam. Bagian yang tidak tertutup lilin/malam akan tergerus oleh larutan khusus itu sedangkan yang tertutup akan tetap utuh dan menjadi timbul. Hingga sekarang cara ini masih dilakukan. Bedanya, yang digunakan bukan lagi lilin, melainkan cat atau bahan kimia sejenis. Hiasan dengan teknik etsa umumnya tidak diberi emas.
Keunikan lainnya adalah pada permukaan bilah keris tampak seperti bekas pijitan-pijitan tangan. Keris dengan bentuk signature pijitan tangan diyakini buatan Ni Mbok Sombro, salah satu Empu Pajajaran yang terkenal. Konon pembuatannya adalah dengan cara dipijit-pijit bukan ditempa. Untuk kebenaran cerita/mitos ini memang diperlukan referensi/penelitian yang lebih lanjut lagi. Kemudian bagian pesi juga tidak ketinggalan uniknya, yakni dibuat dengan cara diuntir. Untuk keris-keris sepuh terutama Pajaran memang seringkali ditemukan teknik untiran seperti ini walaupun jumlahnya tidak lebih banyak daripada pesi pada umumnya.
Sedangkan gambaran pamor tetesing warih atau juga disebut banyu setetes serupa dengan pamor wos wutah. Namun diantara sela-sela garis pamor terdapat banyak bulatan-bulatan kecil. Bulatan atau lingkaran itu tidak rata ukurannya, ada yang besar adapula yang kecil, ada yang tersusun sampai tiga lapis, namun ada juga yang tidak merupakan susunan lingkaran. Bulatan-bulatan pada pamor tetesing warih, terkadang tidak bulat benar, ada yang agak gepeng, ada yang mencong. Namun karena adanya bulatan-bulatan itu, banyak orang yang menyangka bahwa itu pamor Udan Mas. Pamor Tirta Tumeter yang artinya tetesan air. Rejeki yang lumintu, walaupun sedikit demi sedikit tetapi selalu ada saja. Itulah yang utama tuah dari Banyu Tetes.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : 5C70B435 Email : admin@griyokulo.com
————————————
–
Thank you for sharing your extensive knowledge