Jimatan Tombak Menur

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 950.000,- (TERMAHAR)Tn. X  Jepara


 
  1. Kode : GKO-
  2. Dhapur : Tombak Menur
  3. Pamor : Keleng
  4. Tangguh : Pesisiran
  5. Sertifikasi :
  6. Asal-usul Pusaka : Bandung, Jawa Barat
  7. Keterangan lain : panjang bilah 14,5 cm , panjang pesi 6,5 cm, panjang total 21 cm, warangka unik lawasan bawaan sebelumnya dengan motif putut
 

 

Ulasan :

kembang menur ditandur ing pinggir sumur, yen wes makmur ojo lali karo sedulur 

MENUR, merupakan tosan aji yang digunakan untuk mengisi mahkota payung kebesaran atau payung agung (songsong) bagi seorang raja, bangsawan, atau priyayi pada masa lampau. Bentuknya beraneka macam mirip dengan tombak, yang paling banyak adalah bulat runcing, akan tetapi ukurannya jauh lebih kecil. Jaman dahulu payung songsong dengan atribut warnanya memiliki aturan (pakem) tersendiri yang merupakan salah satu tanda kepangkatan atau kedudukan seseorang. Karena tempatnya di dalam payung, menur tidak seperti tosan aji lainnya, hampir tidak pernah dicuci dan diwarangi. Diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai simbol pengayoman atau pelindungan,  penolak hal-hal negatif, hingga sarana pendongkrak kharisma. Karena kecilnya, sejak pertengahan abad ke-20 tombak menur ada yang digunakan sebagai ‘isian” tongkat komando, terutama bila pemiliknya seorang tentara, polisi atau duduk di pemerintahan.

penempatan menur pada payung songsong

FILOSOFI, Orang Jawa menyebut bunga melati yang kelopak bunganya biasa (tunggal) ya disebutnya melati, akan tetapi jika memiliki kelopak bunga bertumpuk atau susun disebut dengan menur. Bunga yang melambangkan kesederhanaan ini tumbuh liar dan berbunga kecil. Warnanya yang putih dan tidak mencolok melambangkan kesucian dan keelokan budi. Bunganya yang kecil menegaskan keberadaan siapa kita di hadapan Sang Pencipta, menyadarkan kodrat manusia, sebagai makhluk Tuhan yang sempurna namun tidak sempurna. Aroma harum yang lembut dan tidak menusuk hidung memberikan relaksasi. Dari filosofi bunga menur di atas kita dapat belajar arti dari nilai kesederhanaan. Meskipun payung songsong terkesan mewah dan merupakan atribut kebesaran, dengan kehadiran menur di dalamnya akan menjadi sebuah pengingat (lokal wisdom) untuk menampilkan kemewahan yang sederhana, tidak berlebihan namun tetap sakral. Juga mengingatkan tingkah laku yang baik sebagai orang timur. Sebagai bangsa yang ramah, gemah ripah loh jinawi, kesederhanaan yang mencerminkan keelokan budi pekerti yang memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi siapapun. Karena kita kecil, tidak ada apapun yang pantas disombongkan dihadapan manusia apalagi di hadapan Tuhan sang pemilik hidup dan mati.

PAMOR KELENG, adalah keris, tombak, pedang dan semacamnya yang tidak memakai pamor. Keris, tombak, pedang semacam ini biasanya terbuat dari material besi yang bagus dan matang tempaan, banyak pula yang terbuat dari besi impor. Dari sisi segi teknis penggarapan Sang Empu lebih mengandalkan keindahan bentuk dan kerapian ricikan-nya daripada menonjolkan keindahan pamor. Di Madura dan sebagian daerah Jawa Timur, menyebut tosan aji tanpa pamor dengan wonoayu, sebagian pecinta keris di Pulau Jawa yang lain menyebutnya dengan pengawak waja. Bagi orang yang telah berkelurga, pamor pengawak waja konon dipercaya dapat membuat pemiliknya berpikir dan bersikap lebih bijaksana.

Keleng juga bisa menjadi bahasa untuk memahami tingkat kematangan Si Empu, secara  lahir maupun batin. Secara lahir bisa dilihat kesanggupan Si empu dalam mengolah besi untuk menjadi matang dan presisi. Dalam penggarapan keris tersebut juga dibutuhkan kecermatan dan kedalaman batin. Kedalaman batin Empu diterjemahkan dalam pamor yang hitam polos tidak bergambar. Empu sudah menep (mengendap) dari keinginan nafsu duniawi. Makna yang disampaikan diterjemahkan dengan kedalaman rasa yang bersahaja. Efek yang ditimbulkan dari sugesti terhadap tosan aji keleng tersebut adalah; bahwa keris, tombak, pedang tersebut mampu menjadi tolak bala. Ada juga yang beranggapan bahwa pamor keleng tersebut memiliki kekuatan secara isoteri lebih multifungsi, dibanding dengan keris yang berpamor.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.

Contact Person :
 

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : D403E3C3 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *