Sempana Panjul

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 4.950,000,- (TERMAHAR) Tn. SI – Jagakarsa, Jakarta Selatan


1. Kode : GKO-315
2. Dhapur : Sempana Panjul
3. Pamor : Beras Wutah
4. Tangguh : Segaluh (Madiun?) (Abad XIII)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No : 1000/MP.TMII/IX/2018
6. Asal-usul Pusaka :  Klaten, Jawa Tengah
7. Dimensi : panjang bilah 33 cm, panjang pesi 6,5 cm, panjang total 39,5 cm
8. Keterangan Lain : sudah diwarang ulang, TUS


ULASAN :

Urip sakdermo nglakoni, urip sakdermo urip paringane sing gawe urip, waton tenanan nglakoni urip bakale ono pitulungan seko sing gawe urip

SEMPANA PANJUL,  atau terkadang disebut Sempana Manyul adalah salah satu bentuk dhapur keris luk tujuh. Panjang bilah keris ini normal, agak tebal dan permukaan bilahnya nglimpa. Ricikan lainnya yang menyertai adalah; sekar kacang, jalen, lambe gajah, pejetan, ri pandan dan gandhik ragi methoq. Menurut mitos/dongeng dhapur Sempana Panjul pertama kali dibabar oleh Empu Janggita atas pemrakarsa Nata Prabu Watugunung, pada tahun Jawa 418. Seperti halnya Sempana Kalentang, keris dhapur Sempana Panjul juga tergolong langka, jarang dijumpai.

FILOSOFI, Sempana atau sempena  = mimpi, angan, cita-cita ; Panjul atau Manyul = lebar dan menonjol. Terkait dengan maknanya, kata Sempana Panjul  menyatakan makna bentuk “dhapur sempana yang lebar dan menonjol” diibaratkan seperti dahi angsa yang diparafrasekan menjadi pikirane pinter atau ‘otaknya pandai’ dalam mengejar sebuah mimpi atau angan-angan atau cita-citanya.

Luk Tujuh (7), Angka 7 dalam kebudayaan Jawa memiliki makna tersendiri. Dalam bahasa Jawa, angka 7 (pitu, Jw) adalah sanepan (kiasan) dari PITUtur, PITUnjuk, PITUlungan, sebagai tuntunan untuk mencapai atau menggapai harapan atau (7) an  (baca = tujuan).

  1. Dalam Bausastra Jawa, kata pitutur berasal dari bahasa Jawa Kuna yang berarti pelajaran, nasihat, atau peringatan. Pitutur memberikan wejangan (kata-kata bijak) sebagai salah satu pedoman hidup. Pemilik luk tujuh (7) diharapkan selalu bisa mendengar sekaligus meresapi dari semua yang disampaikan, baik itu nasehat, curahan hati, atau hanya sebuah perkataan yang mungkin oleh kebanyakan manusia sekarang kurang memperhatikan. Sehingga diharapkan dapat membuka mata hati kita, menata nurani bening sanubari kita, untuk meraih kebijakan dan kearifan yang luhur.
  2. Pituduh dapat diartikan sebagai bimbingan atau petunjuk untuk menggapai kualitas hidup yang lebih tinggi. Setelah pemilik luk tujuh (7) dapat “mendengar” pitutur dengan baik, maka semua “pituduh” akan hadir di dalam hati dan pikiran si pemilik keris. Setelah petunjuk datang, bersegeralah untuk mengaktualisasikannya sejauh kita bisa upayakan.
  3. Pitulungan atau pertolongan dari Tuhan YME, bahwa di setiap usaha pasti ada kendala dan di setiap kesulitan tersembuyi pula kemudahan atau jalan keluarnya. Sebagai makhluk yang lemah, tugas kita hanya terus meminta dan memohon “pitulungan” kepada-Nya tanpa rasa lelah, karna Dia-lah yang akan mengatur hidup kita dengan sempurna.

TENTANG TANGGUH, sisi paling menonjol dari keris Sempana Panjul ini tentu saja tingkat keutuhan bilah beserta ricikan-ricikan-nya. Mulai dari pesi hingga bentuk luk masih bisa dikatakan dalam kondisi terbaiknya. Tengok pula bentuk sekar kacang mangan gandhik-nya yang masih melingkar sempurna, juga bagian greneng-nya yang seringkali pada keris-keris sepuh bentuk huruf dha jawanya kurang terbaca lagi. Besinya pun tak kalah greget, berwarna hitam lumut, yang menurut Serat Wesi Aji (1928) merupakan besi Terate, berasal dari batu asih, thinthingan-nya brengengeng, daya vibrasinya dicintai kaum hawa dan menjauhkan dari firnah atau niat yang kurang baik. Dituliskan pula bahwa makanannnya kulit kemiri serta madu lebah ditaburkan sedangkan yang digunakan untuk meminyaki adalah minyak dedes (rase). Untuk sandangan-nya meski terkesan vintage namun justru menampilkan kesan garap luwes, terutama pada lekukan-lekukan warangka juga cecekan pada ukirannya. Penggantian pendok mungkin bisa menjadi pilihan selanjutnya agar tampil semakin demes.

ricikan greneng yang masih utuh

PAMOR BERAS WUTAH, Secara denotasi wos wutah adalah beras yang tumpah dari tempat penyimpanannya (karena terlampau penuh isinya). Sedangkan secara konotasi dalam pamor wos wutah terkandung rasa ucapan syukur atas berkat rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan Semesta Alam. Rasa syukur atas hasil yang diperoleh dari perjuangan panjang memeras keringat, rajin dan tidak pernah menyerah dalam merawat tanaman padi agar menghasilkan produksi panen yang berlimpah. Bukti dari sebuah totalitas nyata seseorang dalam perjuangannya memberikan yang terbaik bagi keluarga, masyarakat dan negerinya.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *