MAHAR : Rp.3,888.888,-(TERMAHAR)
- Kode : GKO-83
- Dhapur : Sombro
- Pamor : Beras Wutah
- Tangguh : Pajajaran Abad XII
- Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 286/MP.TMII/XI/2015
- Asal-usul Pusaka : Bantul, Yogyakarta
- Keterangan Lain : hulu dari tulang (tanduk rusa), pesi pendek
Ulasan:
Nyi Mbok Sombro merupakan icon empu perempuan dan symbol isoteristik dalam dunia perkerisan yang hingga sekarang karyanya masih diburu. Salah satu sebabnya adalah bahwa secara tektomik dan ergonomik keris Nyi Sombro bukanlah keris sebagai senjata “fisik”, melainkan jenis senjata “spiritual”. Pada pemahaman eksoteri (garap) dinyatakan kualitas keris karya empu Nyi Sombro antara lain wasuhan pamornya keset lembut, alus, pamor ngambang, serta besinya padat berserat (ngglugut) walau duduknya tidak harmonis (gandik condong ke depan), tidak ada yang berluk serta gonjonya iras.
Keterangan di atas mendukung bahwa keris karya empu Sombro tidak sembarangan. Dipastikan bahan dan kualitas wasuhannya tak berbeda dengan keris-keris tangguh Pajajaran yang bagus. Gandiknya yang doyong ke depan, ternyata sesuai falsafah Jawa yaitu sebagai gambaran sikap manembah Gusti. Gandik manembah akhirnya menjadi inspirasi kreatif para empu selanjutnya dengan munculnya keris bergandik pendita (puthut) bahkan kemudian muncul dhapur Puthut Kembar, dua penditanya saling berbelakangan yang di kalangan perkerisan di Jawa Timur sangat terkenal dengan sebutan : “Umyang Jimbe”.
Keris Sombro yang dipercaya asli buatan sang Empu bilahnya agak tebal hampir seperti keris normal, karena keris seperti ini dipastikan bukanlah hasil rekayasa dari pedang-pedang bekas atau keris yang ujungnya aus dirubah menjadi keris Sombro. Keris Sombro tidak pernah diketemukan ber-luk. Besi keris Sombro sangat bagus seperti keris-keris pilihan tangguh Pajajaran atau Tuban Pajajaran. Jika keleng biasanya berserat agak kebiruan. Jika berpamor biasanya bahan pamornya meteorit, jika diamati ada nuansa mengkilat dan dop. Ini disebabkan unsur nikel atau titaniumnya terkonsentrasi pada saat pemanasan lalu mengelompok (njendel), sedang unsure campuran dari jenis siderite menjadi dop (buram). Pamornya biasanya ngambang, tipis dan tidak menancap ke dalam, jarang ditemui yang berpamor rekan. Sering pula diketemukan keris Sombro dengan pamor motif tiban membentuk pamor Rojo Gundolo. Itulah ciri keris Sombro yang diyakini buatan asli sang Empu wanita ini.
Keris buatan Nyi Mbok Sombro yang betul belum tentu dibuat dengan cara dipijit (pejetan) atau memiliki pesi dipilin dan berlubang. Ada beberapa catatan yang menyebutkan bahwa keris dalam perkembangan kebudayaannya sering diikuti oleh rekayasa-rekayasa baru. Misalnya berpijak pada cerita legenda Ki Jaka Sura (putra dari Mpu Pitrang Blambangan) mencari ayahnya dengan membawa “serenteng keris” untuk bekal di perjalanan. Keris itu lalu dibarter dengan makanan dan kebutuhan selama dalam perjalanan menuju Majapahit. Kata “serenteng keris” diasumsian kerisnya direnteng “disunduki” (dirangkai), artinya pesinya dilubangi lalu dijalin dengan tali. Dari kisah kuno yang berkembang sekian abad yang lampau menciptakan besi digembleng asal-asalan dan tangkainya dipilin diberi lubang. Target marketnya untuk konsumsi “perjimatan” rakyat jelata pada masa itu, jadi memang keris tua (sepuh). Tetapi ada indikasi keris jimat konsumsi rakyat ini terus diproduksi hingga sekarang. Keris Sombro dengan versi berciri-ciri bilahnya pejetan perlu dianalisa pula. Ada beberapa yang berpendapat dalam membuat keris tanpa perapian dan dipijit-pijit, akan tetapi ada yang berpendapat pula pada saat penyepuhan (quenching) dilakukan dengan cara penyepuhan dingin tanpa api dengan laku spiritual sepuh dilat (atau dicecep dan dijilat dengan lidah).
Penggemar keris sering menemui keris jenis Sombro tipis dengan pejetan, peksinya lubang bahkan bahan besinya tidak bagus. Sebaiknya diperhatikan dan dibedakan, seperti telah disinggung di atas bahwa “keris perjimatan sombro” konsumsi rakyat jelata pada masa itu cukup banyak diproduksi. Namun demikian, keris-keris semacam itu mungkin dipercaya bisa sama saja hebatnya, terutama dipandang dari sisi ‘tuah’nya (isoteri). Hanya saja, akan lebih baik dan prestise jika dapat mengkoleksi keris Sombro buatan sang Empu aslinya.
Keris Sombro dengan bentuknya yang spesifik, telah dikenali oleh masyarakat umum perkerisan. Keindahannya ada pada kesederhanaan bentuknya, sebagai keindahan intrinsik. Tanpa dekorasi maupun keindahan ornamental, karena dhapur keris Sombro memang tanpa ricikan. Akan tetapi keris Sombro dan nama Nyi Mbok Sombro mampu bertahan dan terkenal dalam khasanah mpu popular di tengah nama-nama besar seperti empu ki Nom Sendang Sedayu dan empu terkenal lainnya dari Jaman ke jaman. Keris Sombro juga tetap dicari seperti keris dhapur favorit lainnya sebagai misal keris Naga Sasra, hingga saat ini. Kekuatan non bendawi yang terkandung di dalam keris ditangkap masyarakat telah melekat dan diyakini. Meski catatan-catatan valid dan bertanggung jawab sangatlah minim, namun keris Sombro memiliki fenomena dan kekuatannya sendiri yang tidak bisa diabaikan.
Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : 5C70B435 Email : admin@griyokulo.com
————————————











Mantap mas ulasanx…kira2 apa keris ini di yakini buatan ni sombro atau cuma dhapurx sombro? Trims..
terima kasih atas apresiasinya kanjeng…. untuk memastikan keris ini asli buatan Ni mbok sombro atau tidak tentunya diperlukan lebih banyak literatur yang mendukung ciri khusus dari garap empu sombro, tetapi paling tidak menurut saya ini bukan keris sombro dgn garap besi dan pamor biasa yang banyak diproduksi jaman dahulu sebagai keris sajen ataupun jimatan
keris ini merupakah keris yang menarik karena tidak mempunyai luk…
dan juga filosofinya… bisa membantu orang lain…
Menarik, ktk anda mengatakan tangguh Tuban Pajajaran. Dlm wawasan kami yg bs saja salah : Nyai Mas Ageng Sombro asli Tuban adik dr Adipati wilwatikta ( Bapak Sunan Kalijogo ) memanglah bertemu dengan Sang Dyah Yang Raja Pakuan Pajajaran Bujang Manik Manikam panembahan Santri Kelana. Beliau berdua bersama nyuwito di Gunung Damalung, merbabu di padepokan pantaran. Keris ini kemudian mewakili
perkawinan antara dua budaya, keris dan kujang.
Bgt yang kami pahami, mhon maaf bl salah
Adipati Tuban Ayahanda Sunan Kali Jaga ada info Beliau orang Timur Tengah…kalau Istrinya itu baru orang Jawa Keturunan Ronggo Lawe, jadi kalau di bilang Nyai Sombro adiknya Beliau agak meragukan…kalau versi lain Beliau Keluarga Mpu Supo (Keluarga Roro wulan adiknya Sunan Kali Jaga)
Saya punya keris yg ada sidik jarinya 5 kiri kanan
mantapp
S0mbr0 yg diatas , apa ujung pesinya berIubang ?