Balebang Singosari

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 6,950,000,- (TERMAHAR) Tn. BR Cilegon




 keris-balebang-singosari balebang-singosari
  1. Kode : GKO-203
  2. Dhapur : Balebang
  3. Pamor : Beras Wutah
  4. Tangguh :Singosari Abad XI
  5. Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 03/MP.TMII/I/2017
  6. Asal-usul Pusaka : eks Koleksi (Alm) Ir. Soegeng Prasetyo S
  7. Keterangan Lain : temuan

sertifikasi

Ulasan :

Legenda yang kembali hidup …….

BALEBANG, adalah nama jenis dhapur keris luk 7 dengan ukuran panjang bilahnya sedang, biasanya memakai ada-ada. Keris ini mempunyai ricikan lain seperti, kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan, selain itu tidak ada ricikan yang lainnya.

FILOSOFI, kemungkinan berasal dari kata Bale (bangunan) Kambang (terapung di atas air), yaitu bangunan yang terdapat pada bagian tengah kolam yang digunakan untuk kepentingan anggota kerajaan. Kedua unsur kata “Bale” dan “Kambang” tersebut tidak bisa dipisahkan karena keduanya merupakan satu kesatuan yang menunjukkan satu bangunan tertentu. Bale Kambang dulunya adalah merupakan tempat menyepi untuk mendekatkan pada Sang Hyang Widi Wasa dalam mendapatkan wahyu demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya serta memohon untuk dijauhkan dari bencana alam dan sebagai peristirahatan pribadi untuk menenangkan pikiran dengan para istri atau selir-selir dari raja-raja, mulai dari jaman Kediri dimasa Dhandang Gendhis sampai pada jaman Mataram Yogyakarta HB VII.

Dalam kajian semiotiknya Bale Kambang dipengaruhi konsep kosmologi Hindu tentang alam semesta, dimana disebutkan bahwa alam semesta itu bepusat pada Gunung Mahameru yang dikelilingi oleh tujuh lautan dan tujuh pegunungan secara berselang-seling. Bale atau bangunannya dianggap sebagai Gunung Mahameru, sedangkan air kolam yang mengelilingi bangunan merupakan lautan yang mengelilingi Gunung Mahameru, dan tepi kolam yang meninggi dapat dianggap sebagai rangkaian pegunungan yang mengelilingi Gunung Mahameru.

Keberadaan Bale Kambang yang biasanya terdapat pada kebudayaan Jawa-Hindu tetap berlanjut pada era Kerajaan Islam di Pulau Jawa. Hal tersebut sepaham dengan prinsip tujuan pembangunan bangunan tersebut oleh Keraton Islam sebagai tempat kontempelasi atau semedi, merupakan salah satu perlengkapan magis-religius Raja-Raja di Jawa yang memiliki tujuan untuk memperoleh berkah Dewa-Dewa atau mengetahui kehendak Yang Maha Kuasa, atau dengan kata yang lebih lazim untuk bisa melihat ke masa depan. Selain itu kontempelasi atau mukasyafah, merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Kaum Sufi untuk mencari kedekatan dan hubungan langsung dengan Allah, kedekatan tersebut dapat berupa iluminasi visioner (kurang lebih memiliki arti jawa weruh sakdurunge winarah, mengetahui sesuatu sebelum peristiwa itu terjadi)

Bale Kambang memiliki dua unsur yang utama, yakni bangunan dan air. Pada kepercayaan Islam, air merupakan unsur yang penting dan apabila dikaitkan dengan tata letak bale kambang itu sendiri, yaitu di taman-taman keraton yang digunakan sebagai replika dari surga. Karena di dalam Al-Quran pun terdapat gambaran surga yang dilengkapi dengan unsur air di dalamnya. Misalnya : … bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, …… dan mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah (2) : 25).

Tak heran dhapur Balebang dipercaya mengejawantahkan ketentraman rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, kondisi jiwa fisik dan emosional yang adem ayem, dijauhkan dari hal-hal yang kurang baik, serta kebahagiaan lahir dan batin tanpa kekurangan apapun, sesuai dengan perwujudan jumlah luknya sebagai Pitulungan (pertolongan) Yang Maha Kuasa.

balebang keris-era-singosari

TANGGUH SINGOSARI, memiliki pasikutan yang kaku dan wingit. Warna besinya abu-abu kehitaman (nyabak). Besi nyabak adalah salah satu penilaian terhadap besi tosan aji berdasarkan kesan penglihatan dan perabaan, besi yang nyabak biasanya berwarna hitam agak keabu-abuan, kadang nyamber lilen seperti warna sayap serangga samber lilen atau seperti warna bulu ekor ayam jago yang hitam kebiru dan kehijauan, rabaannya halus. Menancapnya pamor tampak rumit lembut dan pandes membatu serta berwarna kelem. Tak heran meski seringkali ditemukan tidak utuh pamor masih bisa terlihat muncul diantara korosi-korosi lipatan besi yang ada. Bilahnya agak lebar, gandiknya sedang agak miring. Pada bagian gonjo, bagian sirah cecak berbentuk lonjong dengan perut ganja (gendok) agak besar atau gendut.

tangguh-singosari

Bagi orang perkerisan rasanya belum lengkap bila belum memiliki keris kabudhan atau bertangguh singosari. Bentuknya yang lebih banyak dijumpai dalam kondisi tidak utuh lagi dan besinya yang korosif karena memang sebagian besar adalah keris-keris temuan baik darat maupun sungai. Keris kabudhan dan singosari dianggap sebagai “leluhur” keris yang kita kenal sekarang ini. Di balik ketidaksempurnaan (baca : kekurangan fisik) seringkali tersembunyi kekuatan lain, setidaknya itulah yang mendasari alasan bagi pecinta keris untuk mencari dan memiliki keris kabudhan atau singosari ini. Konon Presiden RI pertama Ir. Soekarno dikenal sebagai seorang yang visioner dan rasional. Meski begitu, kehidupan sehari-hari sang proklamator tidak bisa dilepaskan dari hal-hal yang bersifat spiritual-budaya. Bung Karno dipercaya memiliki sejumlah benda pusaka, mulai dari tombak yang terselip di dalam tongkat komando hingga beberapa keris pusaka yang salah satunya bertangguh Singosari.

pameran-keris-singosari
Pameran keris Singosari 17-31 Desember 2016 Museum Pusaka TMII

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :
 

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : D403E3C3 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *