Jangkung Junjung Drajad Blambangan

Mahar : 7.333.333,-


1. Kode : GKO-504
2. Dhapur : Jangkung
3. Pamor : Junjung Drajad
4. Tangguh : Blambangan (Era Mataram Madura)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No :
6. Asal-usul Pusaka :  Rawatan/warisn turun temurun
7. Dimensi : panjang bilah 37 cm, panjang pesi  7 cm, panjang total  44 cm
8. Keterangan Lain : Kolektor Item


ULASAN :

JANGKUNG, merupakan salah satu bentuk dhapur keris luk tiga ukuran panjang bilahnya sedang. Kembang kacang-nya berbentuk gula milir, sogokan-nya rangkap. Keris ini juga memakai ri pandan. Selain yang itu, tidak ada lagi ricikan-nya.

Dulu, seorang anak yang akan pergi menuntut ilmu, atau memulai suatu pekerjaan di suatu tempat, akan dibekali oleh ayahnya dengan sebuah keris ber-dhapur Jangkung, karena keris ber-dhapur Jangkung dipercaya mempunyai tuah atau melambangkan dorongan semangat untuk mencapai cita-cita. Orang Jawa mengatakan, keris ber-dhapur Jangkung sae kagem ingkang kagungan gegayuhan. Artinya keris itu baik untuk mereka yang punya cita-cita (Ensiklopedi Keris, 2004:203)

TANGGUH BLAMBANGAN, Dalam buku Ensiklopedi Keris (2004), Bambang Harsrinuksmo menuliskan Tangguh Blambangan mempunyai pasikutan yang demes. Besinya keputihan dan berkesan demes serasi. Pamornya biasanya nggajih dan menancap pada permukaan bilah secara pandes. Bilah keris Blambangan berukuran sedang, ujungnya tidak terlalu meruncing. Gandik-nya pendek dan miring, gonjo-nya sebit ron tal, sedangkan sirah cecak-nya pendek.

Jika kita membaca Serat Panangguhing Duwung karya Wirasoekadga tercatat beberapa jejeneng Empu di Blambangan diantaranya: Empu Ki Mendhung, Empu Ki Tembarok, Empu Ki Supagati dan Empu Pangeran Pitrang memiliki kesamaan garap dalam hal pamor miring yakni ngawat.

Di dalam Serat Paniti Kadga (1929) kita akan menemukan lebih banyak lagi nama Empu di daerah Blambangan, yakni Empu Sura Wisesa (anak dari empu Kekep, yang menempa di tengah laut, Empu Mlaya Gati (putra sulung dari Empu Sura Wisesa), Empu Candrabawa (putra bungsu dari Empu Sura Wisesa), Empu Kumendhung (anak dari Empu Jangga, Surabaya), Empu Cangkring (anak dari Empu Kemendhung), Empu Tilam (anak Empu Cangkring), Empu Kalunglungan (anak dari Empu Mlayagati), Empu Luwuk (empu kesayangan raja Blambangan), Empu Rambang alias Supa Mandrangi alias Pitrang (Empu yang mencari pusaka Majapahit yang hilang dicuri), dan terakhir Empu Supagati.

Keris-keris Blambangan setidaknya mengalami 3 (tiga) pengaruh gaya di era/zamannya, yakni:

  • 1. Blambangan Era Majapahit

Keris-keris yang ditangguh Blambangan sezaman dengan Majapahit umumnya besinya agak basah, wasuhan tempanya padat, rabaan keras kerana air yang digunakan untuk menyepuh agak asin, pamornya semu nggajih akan tetapi tandas menancapnya,  serta warnanya terang merambut.

  • 2. Keris Blambangan  mendapatkan pengaruh Bali

Era keris Blambangan dalam pengaruh keris Bali. Ciri-cirinya mirip keris Bali, namun bahan besi dan pamornya seperti bahan keris Jawa dan penampilannya tidak licin seperti keris Bali. Pamornya mirip bahan pamor tangguh Tuban, greneng-nya seperti greneng Majapahit, namun ricikan lain seperti kembang kacang dan lambe gajah seperti ciri keris Bali.

  • 3. Keris Blambangan mendapatkan pengaruh Mataram dan Madura

Ciri-cirinya jika memakai sogokan agak lurus dan dangkal, luk pertama tinggi, sering luknya datar. Besi dan pamornya menyerupai bahan besi keris Tuban, greneng-nya seperti keris Madura, secara keseluruhan seperti Mataram, mungkin keris Blambangan menjadi patron keris Mataram, atau sebaliknya, bedanya pada ukuran bilahnya lebih panjang (corok). Jika bergandik naga, biasanya naga primitif.

PAMOR JUNJUNG DRAJAD, selain jenis dhapur keris, kelangkaan pamor juga turut menentukan nilai mahar suatu tosan aji. Pamor adalah motif atau guratan terang pada bilah yang muncul akibat pencampuran dua atau lebih material logam yang berbeda (alloy). Pamor keris juga sangat banyak jenisnya, bahkan beberapa orang memburu suatu pamor tertentu yang diyakini memiliki tuah yang diinginkan. Seperti pamor Junjung Drajad yang diyakini dapat menjunjung atau mengangkat derajat, pangkat, jabatan dan status sosial pemiliknya.

Pamor Junjung Drajad membawa pelajaran tentang pencapaian berkelanjutan dalam alur kehidupan. Polanya yang terbentuk  oleh garis-garis segitiga atau gunung yang menjulang tinggi, ibarat mencerminkan kegigihan dan semangat pantang menyerah untuk mencapai hal-hal yang lebih tinggi. Sebagaimana lapisan-lapisan yang bertumpuk semakin meninggi, mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu yang bisa diraih instan, segalanya perlu proses dan ada waktunya, sekaligus mengajarkan betapa pentingnya membangun atau memperkuat fondasi yang kokoh sebelum melanjutkan menggapai puncak-puncak baru.

Dalam aspek spiritualpun pamor Junjung Derajad mencerminkan suatu proses atau usaha pencapaian tataran spiritual yang lebih tinggi. Pada kesadaran paripurna manusia tidak hanya mencari derajad duniawi, tetapi juga memohon ridho kedudukan yang lebih tinggi di mata Tuhan YME.

Filosofi yang terdapat dalam bentuk unik sebuah pamor merupakan wasilah atau lantaran. Dengan mengingat sekaligus memahami filosofi yang terkandung di dalamnya, keyakinan dan keimanan terhadap kuasa Tuhan menjadi semakin kuat, sehingga secara spiritual menarik segala energi positif lingkungan sekitar yang berdampak mempermudah menemukan jalan dan meraih apa yang menjadi hajat keinginannya.

CATATAN GRIYOKULO, Jika Panjenengan termasuk orang yang gemar menangguh pusaka mulai dari melihat bentuk wuwungan gonjo, dengan melihat keris ini tanpa harus meloloskan bilah dari warangkanya, dalam selayang pandang Panjenengan bisa saja sudah akan mempunyai asumsi tersendiri tentang tangguh-nya dengan melihat pola pamor nyekrak yang menghiasi bagian gonjo-nya. Ya tidak salah, walau tidak semua tangguh Blambangan pamornya mutlak harus nyekrak, namun jika menanting keris Blambangan pamornya tidak nyekrak seperti ada roh yang hilang.

Saat menatap keris ini, mata kita akan terhipnotis dengan  keelokan pamornya, pandangan kita akan dimanjakan oleh lipatan-lipatan pamor terang yang menghiasi seluruh permukaan bilah hingga ke setiap sudut gonjo-nya. Garis-garis nya begitu jelas membentuk sudut segitiga seperti gugusan puncak gunung atau imajinasi dari motif kobaran api, simbol keberanian, kebangkitan, penerang dan semangat menggelora yang tak pernah padam. Tidak salah jika Blambangan, adalah negerinya para maestro keris wetanan.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *