Tombak Baru Kuping Rajah

Mahar : 2.950.000,-


1. Kode : GKO-500
2. Dhapur : Tombak Baru Kuping
3. Pamor : Beras Wutah
4. Tangguh : Cirebon (Abad XVII)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No :
6. Asal-usul Pusaka :  Surakarta
7. Dimensi : panjang bilah 24,8 cm, panjang pesi 8,3  cm, panjang total  33,1 cm
8. Keterangan Lain : methuk iras, rajah, sudah diwarangi


ULASAN :

BARU KUPING, adalah salah jenis dhapur tombak lurus, Bilahnya pipih dan simetris. Bentuk kontur tombak itu menyerupai daun bambu, dan memiliki lekukan landai yang membentuk semacam pinggang, melebar (njeber) di bagian bongkot (pangkal). Di bagian bawah, dekat dengan pangkal tombak, terdapat bungkul (tonjolan) kecil. Sejajar dengan bungkul, di kiri dan kanannya, terdapat keunikan berupa semacam lubang berdiameter 3-5 milimeter. Keunikan inilah salah satunya yang membedakan baru kuping dengan tombak dhapur lainnya.

FILOSOFI, Kata “Baru” berasal dari kata Bra, yang dalam bahasa sansekerta artinya: 1. sinar, cahaya 2. raja (keturunan brahmana). Sementara kata “Kuping” dalam bahasa Sansekerta berarti telinga atau pendengaran. Jadi, “Baru Kuping” dapat diartikan sebagai telinga Sang Raja atau pendengaran untuk mendapatkan cahaya.

Hidup adalah kegelapan yang terselubung oleh rahasia-rahasia takdir Sang Pencipta. Manusia meraba-raba sendiri apa yang akan terjadi pada dirinya. Ada yang merasa ketakutan, namun tidak tahu apa yang harus dilakukan; ada yang menggali dengan mencari ilmu tentang apa yang mungkin bisa dilakukan untuk mengurangi ketakutannya; dan ada juga yang memilih untuk menyerah, membiasakan dirinya dalam kegelapan sehingga ia terlena menikmati kegelapan itu tanpa mengetahui kenikmatan yang jauh lebih hakiki jika saja ia hidup dalam terang.

Ketika manusia mencari pelita sebagai bekal mengarungi hidup, media yang akan membantunya ada dalam hatinya. Namun, permasalahan mendasar dunia saat ini adalah banyak orang yang mempunyai hati namun tidak memahami, memiliki mata tapi tidak melihat, dan punya telinga tetapi tidak untuk mendengar. Padahal, panca indra yang paling pertama berfungsi dan menyaksikan langsung suara Tuhan Yang Maha Lembut dan Maha Indah ialah pendengaran kita. Namun pendengaran seperti apa yang dimaksud? Jika sekedar mendengarkan bunyi/suara lalu pernahkah terbayang bagaimana nasib meraka yang tuli?

Kita mengenal kata nurani atau hati nurani, dimana kata nurani ini sebenarnya berasal dari kata “nur” yang berarti cahaya. Jadi istilah hati nurani mengandung pengertian hati yang bercahaya. Namun, seperti bulu-bulu halus, demikianlah kecenderungan hati. Ia bisa berubah dalam sepersekian detik saja. Manusia sebagai pemiliknya, akan kepayahan menjaga kestabilannya. Angin yang berhembus semilir saja bisa menggoyahkannya. Tak ada tempat untuk menambatkan ujung bulu-bulu halus itu, kecuali menyerahkan pemeliharaannya hanya kepada Penciptanya. Dan, hanya manusia yang mampu berpikir saja yang menyadari kelemahannya ini.

Ketika manusia menyerahkan pemeliharaan hati kepada Sang Pencipta, tidaklah berarti ia membiarkan hatinya mengikuti arus angin ke mana saja. Justru, kesadarannya ini menumbuhkan dzikir-dzikir, menyuburkan do’a-do’a, karena dengan jalan itulah ia bisa bersatu dengan Sang Khalik dan memohon penjagaan atas hatinya. Dari sini pula nur Illahi akan terbit. Pijarnya memantik di hati hingga bercahaya, dan terjagalah ia dari material-material yang mungkin bisa merusaknya. Dengan cahaya ini, hati dan pikiran menjadi peka mendengar nurani, sadar tetap tunduk di atas titah Sang Pencipta. Dan, hati yang bercahaya akan menembus hingga pori-pori akhlak pemiliknya. Sebab, ketika nur telah menerangi hati, terang benderanglah mana yang haq dan yang bathil.

METHUK, adalah sebutan untuk bagian tombak yang bentuknya menyerupai cincin, sekaligus penghubung antara antara bagian pesi dengan bagian mata bilah. Berdasarkan bentuknya, methuk terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu: methuk iras dan methuk rabi. Methuk iras adalah methuk yang dibuat menyatu dengan mata bilah tombak itu sendiri, yang tentu saja terbuat dari satu bahan yang sama antara mata bilah, methuk iras dan pesi-nya. Sedangkan methuk rabi dibuat terpisah dan tersendiri, dengan kata lain. methuk ini seperti cincin yang dapat dilepas dan dipasang kembali pada bilah tombak.

bentuk rajah saat didapatkan di lokasi kondisi putihan (klik pada gambar untuk memperbesar)

RAJAH, adalah sebuah guratan penuh makna. Biasanya berupa gambar atau huruf, sebagai sebuah pemahaman filosofis, simbol panutan, pengingat dan pengharapan. Ada sesuatu yang diagungkan, ditinggikan, sehingga suatu “bentuk” perlu diabadikan di dalam keris. Tulisan Rajah memang tidak seperti tulisan pada umumnya. Sebagian besar suatu Rajah hanya terdiri dari huruf-huruf dan angka-angka yang berdiri sendiri-sendiri, tidak menyusun suatu kata. Sehingga bisa dikatakan tulisan rajah tersebut tidak bisa diartikan dalam bahasa. Meski seringkali  tidak dapat dimengerti artinya namun tulisan tersebut mempunyai makna. Dan makna yang dikandungnya merupakan tujuan/hajat yang hendak dicapai oleh pembuatnya. Diyakini pula bahwa susunan huruf dan angka tersebut memiliki kekuatan suprnatural yang dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya (manusia, binatang dan bahkan makhluk halus).

CATATAN GRIYOKULO, Dalam balutan sandangan dusun, tombak ini tampil sederhana dan prasojo. Kekhasan dhapur tombak baru kuping tercermin pada bentuk lubang tidak hanya bulat/oval semata, namun jika dicermati didalamnya ada seperti duri runcing seperti jalen, sehingga lubangnya mirip dengan stilasi daun telinga manusia.

Pusaka yang terlihat biasa-biasa saja, mungkin saja pada masanya bisa saja begitu spesial di tangan pemiliknya sebelumnya. Salah satu penandanya adalah adanya rajah. Meski secara pribadi Penulis tidak bisa mengartikannya secara literal, namun kami percaya rajah tersebut ditorehkan pada bilah bukannya tanpa maksud. Barangkali panjenengan lah yang bisa menguraikan maksudnya?

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *