Keris Anak Alang Pamor Sirip Naga Kolektor Item

10590558_1712292255668741_9142982091114899016_n

Mahar : 6.060.606,- (TERMAHAR) Tn. AP, Senen Jakarta Pusat


1. Kode : GKO-491
2. Dhapur : Jatingarang?
3. Pamor : Dwi Warno (Tapak Gajah dan Sirip Naga Berenang)
4. Tangguh : Bugis/Seberang Semenanjung?
5. Sertifikasi Museum Pusaka No :
6. Asal-usul Pusaka : Rawatan/warisan turun termurun
7. Dimensi : panjang bilah 21,5 cm, panjang pesi  5,5 cm, panjang total  27 cm
8. Keterangan Lain : pamor langka, Kolektor Item


ULASAN :

JATINGARANG, menurut Serat Kawruh Empu (Wirapustaka, 1914) adalah salah satu dhapur keris lurus yang mungkin kurang familiar di telinga masyarakat perkerisan. Keris ini memiliki ricikan : Bênêr, kêmbang kacang, pejetan, jenggot, grènèng.

ARTI, dalam buku Sarine Basa Jawa (Padmasukaca, 1967) Jati-ngarang berarti:

  1. naga sing rumêksa keblat; pindah ênggon sabên 3 sasi sapisan, yaiku: a) Sawal, Dulkangidah, Bêsar ing lor. b) Sura, Sapar, Mulud ing wetan. c) Rabingulakir, Jumadilawal, Jumadilakir ing kidul. d) Rêjêb, Ruwah, Pasa ing kulon.
  2. bangsaning jodhang pêsagèn kanggo wadhah ajat dalêm.

Jati-Ngarang berarti Naga yang menjaga arah mata angin; berpindah tempat setiap tiga bulan sekali, yaitu pertama pada bulan (Jawa Islam) Syawal, Dulkaidah, dan bulan Besar berada di utara. Kedua pada bukan Sura, Sapar dan Maulud di sisi timur. Ketiga pada bulan Rabiulakhir, Jumadilawal, Jumadilakhir di sisi Selatan. Dan keempat, pada bulan Rejeb, Ruwah dan Pasa berada di sisi Barat.

ANAK ALANG, adalah bilah keris yang berukuran kecil (Patrem, Jw), yaitu panjang bilahnya sekitar satu jengkal (satuan panjang yang didasarkan pada ukuran tangan manusia dari ujung ibu jari sampai ujung jari kelingking pada saat direntangkan sejauh mungkin) atau antara 15-22,5 cm. Walaupun keris anak alang berukuran kecil namun tetap mengikuti pakem keris pada umumnya dan proporsi bentuk keris yang baik, dan bila berpamor juga menampilkan pola pamor yang berkualitas.

PAMOR DWIWARNO, merupakan istilah yang ditujukan untuk menyebut keris yang pada satu sisi bilahnya memiliki dua macam motif pamor dominan yang berlainan bentuknya (dwi = dua, warno = macam, ragam, jenis). Misalnya pada bilah ini, Zakaria B. Adullah dalam bukunya Rahsia Keris dan Senjata Warisan Melayu (2007) menggambarkan dua bentuk pamor yang serupa, yakni:

PAMOR SIRIP NAGA BERENANG, atau disebut juga pamor Setakono, karena bentuknya memang mirip dengan badan ular naga yang sedang berenang. Pamor ini disebutkan jarang ditemui karena dulunya lazimnya dipakai oleh pembesar negeri dan para bangsawan. Tuah dari pamor bermotifkan sirip naga berenang ini adalah untuk untuk mempertahankan diri, menjaga kedaulatan negeri, menambah semangat keberanian, kewibawaan, dan menghadirkan ketakutan bagi pihak lawan. Pemiliknya dihormati dan disanjung oleh masyarakat. Selain itu, tuahnya dipercaya dapat menjauhkan diri dari segala ancaman bahaya dan niat jahat orang lain. Amat baik untuk pelayaran bagi seorang pengembara atau berdagang di daerah orang. Nilai maharnya amat tinggi.

PAMOR TAPAK GAJAH, sedangkan pola pamor lingkaran tapak gajah pada sor-soran (pangkal bilah) memiliki tuah sebagai kekuatan dan keteguhan bagi pertahanan dari serangan musuh. Berdasarkan catatan dalam manuskrip lama, ketandaan pamor tapak gajah ini ada pada keris laksamana Hang Tuah dan Hang Jebat. Berkaitan ketandaan ini tercatat juga dalam manuskrip tersebut : “pamor ini barang keris pun baik jika dibawa berjalan pada malam petang, jika ditaruh di rumah buta mata pencuri”

Dipercaya sebagai pamor penyingkir segala rintangan. Seperti yang diharapkan dari sosok gajah dalam sebuah hutan yang mampu membuka jalan, bergerak di antara semak-semak, mendobrak segala pepohonan di hutan dengan tubuhnya yang gagah dan kuat. Semak-semak ibarat masalah kecil dan pepohonan diibaratkan berbagai masalah besar. Tapak kakinya membersihkan jalan bagi makhluk lain untuk mengikuti.

CATATAN GRIYOKULO, “kecil-kecil cabe rawit” mungkin adalah sebuah peribahasa yang paling tepat untuk mendeskripsikan keris ini. Meskipun fisiknya kecil, tetapi tidak bisa disepelekan atau dipandang sebelah mata. Orang melayu menyebutnya “kecil-kecil cili melaka”, artinya juga sama, meskipun kecil, tetapi ampuh (berani). Maka, tengoklah keris anak alang ini, meskipun berukuran patrem namun keindahan pamornya tidak bisa dinafikan. Garis lengkungan-lengkungannya bak seekor naga yang sedang menari di atas air, berenang naik turun, timbul tenggelam, berbeda dengan lazimnya ular yang saat berjalan berlenggak-lenggok ke kiri dan ke kanan. Sebuah manifestasi dari jiwa yang bermartabat, penuh kekuatan dan ketangguhan dalam mengarungi samudara kehidupan.

Tentu saja bukan suatu hal kebetulan “perkawinan” antara nama dhapur Jatingarang sebagai Naga penjaga segala arah dengan pola pamor Setakono (Sirip Naga Berenang), yang secara mata batin akan cocok dijadikan pegangan orang yang sedang berjuang di perantauan, gemar berpetualang, hingga mereka yang bercita-cita ingin menaklukkan segala tantangan.

Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.


Contact Person :

Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan

Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com

————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *