Mahar : 4.999.999,-
1. Kode : GKO-490
2. Dhapur : Brojol
3. Pamor : Kul Buntet
4. Tangguh : Pajajaran (Abad XII)
5. Sertifikasi Museum Pusaka No :
6. Asal-usul Pusaka : Trenggalek, Jawa Timur
7. Dimensi : panjang bilah 33,3 cm, panjang pesi 6,7 cm, panjang total 41 cm
8. Keterangan Lain : warangka dusun
ULASAN :
BROJOL, jika pada beberapa dhapur keris seringkali ditemukan berbagai bentuk perbedaan mengenai ricikan yang menyertainya, nampaknya mengenai bentuk dhapur brojol semua buku keris, baik serat-serat lama hingga buku-buku baru sepakat menuliskan deskripsi yang sama; brojol adalah sebuah keris lurus yang sangat sederhana, hanya memakai satu (1) buah ricikan saja, yakni pejetan.
FILOSOFI, Dalam bahasa Jawa “(m)brojol” berarti keluar, yang berhubungan dengan proses kelahiran seorang bayi dari gua garba ibu. Seperti yang kita ketahui bersama, kelahiran merupakan proses dimana seorang ibu memperjuangkan dua nyawa sekaligus, dirinya sendiri dan anak yang dikandung selama sembilan bulan. Seberat apapun proses itu, didalamnya terdapat cinta dan harapan dari seluruh anggota keluarga, harap-harap cemas namun bahagia dalam menanti kelahiran buah hati.
Jabang bayi yang mbrojol dari rahim ibunya adalah suci, dia tidak bisa memilih terlahir dari siapa, misalpun terlahir dari hubungan “tidak sah”, bayi tetaplah suci, ibarat kertas ia masih bersih putih tanpa coretan. Sedangkan hitam putihnya nanti akan sangat tergantung dari orang tuanya atau penulisnya. Ketika bayi lahir saat itulah ia mengenal dunia pertama kalinya, ia diberi wewenang untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Ia dihadirkan untuk bisa menjadi “manusia” sampai suatu saat bisa kembali kepada-Nya melalui jalan yang benar. Dari segi pandang lain, Brojol melambangkan awal mula, sebuah titik awal dari perjalanan anak manusia di dunia fana ini. Sesungguhnya dengan kelahiran itu, kita kembali diingatkan akan asal muasal kita. Pesan yang ingin dititipkan oleh sang empu melalui keris dapur brojol adalah agar manusia dapat dilahirkan kembali secara spiritual – kembali ke fitrah (lahir dan hidup baru menjauhi dosa-dosa lama) atau hijrah (berpindah menuju kehidupan lebih baik, bermakna, dan indah).
TANGGUH PAJAJARAN
Tantingan : ringan, sebab bilahnya agak kecil dan tipis
Besi : ngrekes, berserat dan agak kering
Baja : agak kelabu, keras sekali, seringkali tidak mempan dikikir sebab sepuhannya benar-benar tua hingga kadang terasa tajam, tepi keris kadang retak (pegat waja), dan pamorpun sampai nglingkap (lepas/terangkat)
Pamor : muncrat putih, beberapa nggajih, kasap
Bilah : agak kecil dan tipis, beberapa adapula yang corok panjang
Ganja : sirah cecak bulat/tidak lancip
Gandik : lebih tinggi sedikit dari keris Tuban, dari samping pun terlihat agak melengkung sedikit (mboto rubuh)
Tikel Alis : njugag (pangkalnya hampir berbentuk L), dangkal
Pejetan : sebagian masih ikut gaya Jenggala, ada yang lebar namun adapula yang sempitSogokan : jarang yang memakai
Luk : kebanyakan kemba dan hemet
PAMOR KUL BUNTET, atau ada yang menyebut Kol Buntet, pamor ini tergolong pamor titipan, dan terkenal sekali. Bukan hanya diantara penggemar keris di pulau Jawa, namun juga di pulau Bali, Madura, Lombok, Bugis, Sumatera, hingga semenanjung Malaya dan Brunei juga mengenal pamor yang satu ini, yang disebutnya sebagai ketandaan simpulan patat siput. Nama Kul Buntet sendiri diambil dari sejenis hewan laut bercangkang semacam keong laut. Dimana secara fisik, Kul Buntet berbentuk batu seperti keong yang pada prosesnya terjadi dari cangkang keong mati serta tertimbun tanah selama beberapa ratus tahun atau telah menjadi fosil. Dalam proses alamiah tersebut, cangkang keong lalu terisi dengan pasir, tanah dan juga endapan lumpur sehingga menjadi keras hingga akhirnya terbentuk batu mengeras dengan pola cangkang keong.
Sepintas, bentuk pamor Kul Buntet mirip dengan pamor Batu Lapak, adapun perbedaannya, pusaran lingkaran yang ada pada pamor Kul Buntet terbentuk dari satu alur yang melingkar (seperti obat nyamuk) dan secara keseluruhan bentuknya relatif lebih bulat daripada pamor Batu Lapak yang terdiri atas beberapa garis melengkung yang membentuk pola setengah lingkaran dan letaknya di tengah sor-soran, berbatasan langsung dengan garis batas ganja. (lebih mirip dengan bentuk sejenis jamur yang sering tumbuh pada tunggak pohon yang sudah mati).
Tuah pamor Kul Buntet juga hampir sama dengan Batu Lapak (singkir baya atau keselamatan), tetapi pamor ini mengandung unsur rezeki (penglaris). Selain itu dipercaya dapat menghindarkan bahaya dan menangkal serangan guna-guna. Pamor Kul Buntet juga dipercaya mempunyai fungsi untuk menghidarkan pemiliknya dari fitnahan orang dan usaha-usaha penipuan, sehingga baik disimpan oleh orang yang mempunyai latar belakang pedagang, pengusaha dan wiraswasta.
Meski pamor ini tergolong tidak pamilih alias cocok untuk siapa saja, namun sebaiknya pemilik keris dengan pamor Kul Buntet senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, terutama dalam kaitan soal nafsu syahwat.
CATATAN GRIYOKULO, Meskipun hanya sebuah keris dengan ricikan sederhana (pejetan saja), namun yang sederhana itu bukan berarti bisa disepelekan. Pada keris ini kesederhanaan ricikan ternyata bisa ditutupi dengan gemerlap pamor nggajih-nya, yang berwarna kerlip-kerlip keperakan. Terlebih adanya pamor tiban Kol Buntet yang ada pada bagian sor-soran tentunya menambah makna dan daya supranatural tersendiri sebagai keris tayuhan. Berbentuk seperti gulungan ombak besar yang datang dari tengah lautan, siap menggulung, menghantam dan menghempaskan apapun yang merintangi di depannya.
Dialih-rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Email : admin@griyokulo.com
————————————