Mahar : 5,000,000,- (TERMAHAR) Mr. D Surabaya
- Kode : GKO-119
- Dhapur : Brojol
- Pamor : Tejo Kinurung
- Tangguh : Madura Sepuh Abad XVI
- Sertifikasi : Museum Pusaka TMII No : 168/MP.TMII/III/2016
- Asal-usul Pusaka : Pangandaran, Jawa Barat
- Keterangan Lain : Kolektor Item
Ulasan :
Brojol – Bahasa Jawa adalah bahasa yang kompleks dan rumit, banyak sekali kata atau sebutan istilah yang sulit sekali untuk diterjemahkan, bahkan ada juga istilah yang tidak mungkin lagi didapatkan diterjemahkan dalam bahasa apapun, kecuali bagaimana menjelaskan istilah yang “tak-terjemahkan” dengan cara lain yang akhirnya dapat difahami oleh orang lain yang memang tidak faham dengan bahasa Jawa, termasuk didalamnya istilah “brojol”. Brojol adalah suatu terminologi yang memang indentik dan terkait dengan masalah kelahiran.
Tejo Kinurung, adalah salah satu motif pamor yang sebenarnya merupakan perpaduan antara Sada Saler dengan pamor Wengkon atau Tepen. Ada juga yang menyebut pamor ini Adeg Tiga atau Adeg Wengkon. Seluruh tepi bilah keris dilingkari dengan gambaran pamor yang menyerupai tepi bingkai, sedangkan di tengahnya ada pamor yang menyerupai garis. Meskipun tampak minimalis (sederhana), akan tetapi dari segi garap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Mempertahankan lengkungan dengan spasi dan jarak yang sama pada sisi tepi bilah dan menyambung tanpa terputus hanya bisa dilakukan oleh seorang Empu yang mumpuni. Menjadi semakin unik dan istimewa dipadukan dengan garis tengah yang tegas lurus tanpa putus. Tak heran pamor ini termasuk jenis pamor rekan yang mempunyai tingkat kesulitan pembuatan tingkat advance dan wajar jika memiliki nilai mahar yang lebih tinggi.
Keris dan Isoteri (tuah) ibarat dua sisi mata uang. Keris dan pamor adalah dua hal yang nyaris tak berjarak. Guratan pamor pada bilah keris adalah lambang-lambang yang penuh makna, pun demikian dengan garis Adeg Tiga (Tejo Kinurung) mempunyai kedalaman makna yang luar biasa. Garis pertama (kanan) menggambarkan Laki-laki yang bertangung jawab kepada dirinya sendiri, istrinya dan anak-anaknya berkewajiban menafkahi dan membimbing jalan hidup dengan benar. Garis kedua (kiri) adalah melambangkan tanggung jawab yang lebih besar lagi karena ia harus mengayomi orang-orang sekitarnya, saudara-saudara mereka dan orang-orang terdekat sedangkan Garis ketiga (tengah) adalah bagi mereka yang ditakdirkan menjadi “orang besar”, harus bisa mengayomi lebih banyak orang , masyarakat dan negara, yang kadang akan menjadi dilema ditengah antara keluarga atau tugasnya, karena dia bukan lagi hanya menjadi milik keluarga tapi sudah menjadi milik masyarakat, bangsa dan negara. Demikian dengan penamaan pamor Teja Kinurung (artinya Cahaya Yang Terkurung), tentu saja ada harapan dan doa. Di dalam diri kita ada yang namanya nurani, yaitu hati yang mengandung nur/teja, mengandung cahaya. Cahaya berfilsafat dengan keberadaannnya yang terang-benderang. Menjadi lambang kesadaran, cahaya berjalan lurus menyibakkan kegelapan. Dalam limpahan cahaya, kita bisa memilih kebaikan, ketaatan, kesetiaan, kebenaran, keadilan, kejujuran, ketulusan hati. Cahaya yang terkurung berarti tak akan pernah padam menyinari kegelapan dan menjadi terang (manfaat) bagi banyak orang. Bukankah semulia-mulianya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain?
Dalam bahasa semiotika, garis tengah melambangkan pertumbuhan padi (filosofi padi) semakin tinggi semakin merunduk. Simbol kepemimpinan yang demokratis dan dapat diterima semua kalangan. Juga mewakili harapan sang Empu agar sang pemilik menempuh jalan hidup yang lebih lurus serta memiliki keteguhan hati. Sedangkan garis yang membingkai (tepen/wengkon) sebagai simbol cyrcle of protection, perlindungan secara kasat mata maupun yang tak kasat mata (gaib). Sebagian pecinta keris berpendapat bahwa pamor Teja Kinurung ini memiliki tuah yang baik, terutama bagi mereka yang bekerja untuk negara. Itulah sebabnya banyak pejabat, polisi, tentara, hingga wakil rakyat diam-diam memburu dan mengkoleksi keris dengan pamor Tejo Kinurung sebagai piandel. Bahkan banyak dipercaya bisa menjadi keris tindih (memberikan tuah untuk meredam gangguan dan pengaruh negatif dari benda-benda gaib lain). Tapi banyak pitutur dari orang sepuh, keris dengan pamor ini tidak bisa dimiliki oleh sembarang oang, seperti halnya keris-keris yang berwibawa jika tidak kuat maka si pemilik akan selalu terbawa bermusuhan dengan orang lain (panasan)… Wallahu A’lam
Ditawarkan sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Griyokulo Gallery Jl. Teluk Peleng 128A Kompleks TNI AL Rawa Bambu Pasar Minggu Jakarta Selatan
Facebook : Griyo Kulo SMS/Tlp/WA : 0838-7077-6000 Pin BB : 5C70B435 Email : admin@griyokulo.com
————————————